Akhir-akhir ini kita semua berduka kembali, beberapa rentetan bencana datang silih berganti. Belum usai korban Gempa Cianjur menuai harap, datang Gunung Semeru yang menumpahkan erupsi. Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) cukup besar pada (4/12) lalu. Guguran awan panas hingga lahar dingin ini meluluhlantakkan ratusan bangunan, merenggut nyawa sejumlah warga.
Peristiwa tersebut tentu secara tidak langsung memberi pesan kepada kita untuk merawat dan melestarikan alam.
Gunung merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Swt di muka bumi. Dalam berbagai ayat Allah mengungkapkan bahwa gunung mempunyai peran dan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Diantaranya adalah berfungsi sebagai pasak yang menjaga keseimbangan bumi.
وَجَعَلْنَا فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al-Anbiya 21:31)
Imam as-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menyebut bahwa gunung-gunung yang tegak kokoh berfungsi supaya bumi tidak bergerak. Gunung-gunung yang ada di berbagai belahan muka bumi jugalah yang mempunyai peran dalam menstabilkan bumi.
Rasulullah sendiri dalam beberapa kesempatan pernah menyebutkan hal serupa.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْأَرْضَ جَعَلَتْ تَمِيدُ فَخَلَقَ الْجِبَالَ فَعَادَ بِهَا عَلَيْهَا فَاسْتَقَرَّتْ
Diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tatkala Allah menciptakan bumi, maka bumi bergoncang-goncang, kemudian Allah menciptakan gunung-gunung lalu meletakkannya di atas bumi tersebut sehingga bumi menjadi tenang.”
Oleh sebab itu karena fungsi gunung yang begitu luar biasa dalam ekosistem semesta, hendaknya kita sebagai penghuninya agar selalu menjaga kelestarian serta ikut merawat gunung-gunung tersebut.
Rasulullah dan Gunung Uhud
Diantara salah satu gunung yang menjadi saksi hidup perjuangan Rasulullah dan sekaligus menjadi saksi atas kecintaan Rasulullah kepada fenomena alam tersebut adalah gunung Uhud. Gunung Uhud secara geografis terletak di sebelah utara Kota Madinah. Jarak antara uhud dan kota Madinah sekitar 5 Kilometer.
Sebagaimana kita tahu, Rasulullah Saw merupakan sosok yang begitu mencintai dan peduli terhadap lingkungan. Bahkan jauh sebelum dunia mengenal istilah kelestarian lingkungan rasulullah sudah menganjurkan dan memberi contoh untuk bersahabat dengan alam.
Rasulullah saw sendiri pernah mengungkapkan kecintaan beliau kepada salah satu keindahan alam ini. Rasulullah memuji dan mengungkapkan perasaannya ketika di Gunung Uhud. Suatu ketika beliau sedang berjalan melintas di Gunung Uhud, spontan Rasulullah bersabda:
هَذَا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“Gunung Uhud ini, merupakan gunung yang sangat mencintai kita, dan kita juga mencintainya”
Dalam riwayat lain ada tambahan redaksi.
جَبَلُ أُحُدٍ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ وَهُوَ مِنْ جِبَالِ الْجَنَّةِ
“Gunung Uhud ini, merupakan gunung yang sangat mencintai kita, dan kita juga mencintainya. Dan ia merupakan salah satu gunung yang ada di surga”
Jadi Nabi waktu itu mungkin merasa nyaman dan menikmati suasana Gunung Uhud
Rasulullah sangat menikmati suasana Gunung Uhud hingga mengungkapkannya dengan redaksi “Hubb/cinta”. Sesuatu yang diungkapkan dengan redaksi Hubb adalah termasuk yang tinggi derajatnya. Mengingat Hubb sendiri mempunyai padanan kata sebanyak 60 dalam catatan Ibnu Qayyim.
Tentu maksud “mencintai” dari redaksi hadis diatas bukanlah mencintai dalam kamus bucin’ ya. Menurut al-Munawi dalam Faidhul Qodir Syarh Jamius Shogir maksudnya adalah perasaan kagum, terperanjat dan merasa nyaman.
أى تأنسُ بِهِ وَتَاْنَسُ وَتَرْتَحُ نُفُوسَنَا لِرُؤيَتتِهِ وَهُوَ سَدٌّ بَيْنَنَا وَبَينَ يُؤْذِينَا
“Maksudnya Rasulullah merasa tentram, nyaman hatinya bisa tenang ketika melihat gunung. Gunung uhud juga merupakan penghalang dari sesuatu yang bisa membahayakan kita”
Mengapa Rasulullah begitu mencintai gunung Uhud hingga mengungkapkan hal tersebut di hadapan Abu Bakar? Tentu ada berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Namun dalam pengamatan penulis setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan Rasulullah begitu mencintai gunung Uhud.
Pertama, karena pada dasarnya Rasulullah mempunyai perhatian besar terhadap alam. Hal ini tercermin dalam penafsiran al-Munawi diatas. Dimana Rasulullah sangat menikmati kondisi geografis dari Gunung Uhud Sendiri. Rasulullah begitu senang ketika berkunjung di gunung Uhud. Keberadaan Gunung Uhud juga secara tidak langsung adalah sebagai tembok pertahanan Madinah dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kecintaan Rasulullah terhadap gunung juga tercermin dalam sikapnya yang tidak menaruh rasa benci terhadap gunung Uhud. Bahkan pernah menyuruh para sahabat untuk memanfaatkan apa yang ada di gunung Uhud.
أحد جبل يحبنا ونحبه، فإذا جئتموه فكلوا من شجره، ولو من عضاهه
“Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami cintai, jika engkau mendatanginya maka makanlah kalian dari pepohonannya walaupun dari pohon besar dan berduri “
Kedua, Karena penduduk Madinah. Menurut sebagian ulama, dalam hadis tersebut yang dicintai Rasulullah bukanlah Gunung Uhud sebenarnya. Akan tetapi Rasulullah mencintai penduduk di balik gunung Uhud itu sendiri, yakni penduduk Madinah. karena memang Rasulullah sangat mencintai penduduk madinah atau kaum Anshar.
Ketiga, secara historis gunung Uhud merupakan latar terjadinya peristiwa besar Islam. Secara emosional Rasulullah mempunyai kenangan yang besar disini. Dalam perang Uhud, Umat Islam hampir saja dihancurkan oleh Kafir Quraisy. Dalam perang ini pula Rasulullah kehilangan sosok pamannya, yakni Sayyid Hamzah yang gugur syahid dalam perang ini. Oleh sebab itu, tak heran jika melihat begitu besarnya nilai historis di tempat ini maka Rasulullah mempunyai perhatian besar terhadap gunung ini.
Mencintai Gunung
Dalam hadis tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa salah satu cara untuk mencintai alam adalah dengan menumbuhkan kecintaan terhadap gunung. Walaupun dalam hadis tersebut Rasulullah hanya menyebut gunung Uhud, akan tetapi secara tersirat pesan itu juga berlaku untuk semua gunung. Karena bagaimanapun gunung telah mempunyai peran yang begitu penting dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu kita harus selalu menumbuhkan perasaan cinta terhadap semesta. Karena dengan dasar cinta yang kuat, kita tidak akan pernah terpikir sedikitpun untuk merusak atau mengeksploitasi alam.
Karena menurut Syekh Yusuf al-Qardhawi dalam Riayat al-Biah al-Islamiyah hubungan manusia dengan alam dalam haruslah dilandasi dengan perasaan cinta. Pertautan dan pertalian manusia dengan lingkungan harus didasari dengan perasaan cinta.
Manusia, alam, dan semesta merupakan sama-sama makhluk Allah. semuanya mempunyai tugas yang sama yakni menghamba dan mengabdikan diri kepada Allah. Namun masing-masing mempunyai cara dan ciri khas masing-masing dalam menjalankan tugas mulia itu. Oleh sebab itu Allah menganjurkan dalam menjalani tugas itu semua makhluk hidup harus menumbuhkan sikap dan perasaan saling mencintai. Sehingga semua elemen makhluk bisa berjalan beriringan dalam menjalankan fitrah alam semua makhluk; yakni menghamba kepada Allah Swt.
Lantas bagaimana cara kita mengimplementasikan rasa cinta kita terhadap gunung? Dalam tulisan ini tidak akan saya tulis panjang akan hal ini. Tapi pesan saya satu dan sangat mudah. Cukup kunjungi salah satu gunung, nikmati dan rasakan keindahannya, kemudian hayati dan renungkan gunung yang di hadapan anda, nanti dengan sendirinya anda akan tahu jawabannya. Wallahu A’lam