Mencetak Ulama Berwawasan Lingkungan, Langkah Strategis Universitas Islam dalam Menjawab Krisis Global

Mencetak Ulama Berwawasan Lingkungan, Langkah Strategis Universitas Islam dalam Menjawab Krisis Global

Mencetak Ulama Berwawasan Lingkungan, Langkah Strategis Universitas Islam dalam Menjawab Krisis Global
UIN Jakarta

Krisis iklim dan lingkungan menjadi isu utama masyarakat internasional dalam satu dekade terakhir. Gejala kerusakan lingkungan sebenarnya telah lama dirasakan, namun respon pencegahan dan penanganannya baru mendapat perhatian besar dalam sepuluh tahun terakhir ini. Sejumlah negara merasakan langsung dampak dari perubahan iklim, terutama negara-negara berkembang dan negara kepulauan. Tidak sedikit masyarakat di wilayah tersebut terpaksa bermigrasi ke negara lain demi menghindari risiko bencana lingkungan yang lebih serius.

Saat ini, masyarakat dunia kian merasakan urgensi krisis iklim yang tidak lagi bisa diabaikan. Berbagai upaya global telah dilakukan melalui forum internasional, seperti Perjanjian Paris, Konferensi Stockholm, Earth Summit, Konferensi Keanekaragaman Hayati (CBD COP), One Planet Summit, hingga Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC COP) yang digelar setiap tahun. Namun, hasil dari pertemuan-pertemuan tersebut kerap kali dirasa belum memadai karena kompleksitas masalah dan benturan kepentingan antarnegara.

Berbagai upaya tengah dilakukan sejumlah pihak untuk mengatasi krisis iklim dan lingkungan tak kecuali dalam sektor pendidikan dan agama. Perubahan iklim mendorong kajian mendalam tentang hubungan agama dan lingkungan. Agama dapat mempengaruhi perspektif moral dan perilaku para pemeluknya, termasuk bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat dan alam. Dalam konteks ini, pemimpin agama atau ulama memegang peran strategis dalam mendukung aktivisme pro-lingkungan dalam menumbuhkan kesadaran tentang perubahan iklim di kalangan umat.

Universitas Islam, khususnya program studi Islam, diharapkan mampu mencetak ulama atau pemimpin agama yang berwawasan lingkungan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan mengintegrasikan topik perubahan iklim dan lingkungan dengan sejumlah mata kuliah agama. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta bekerjasama dengan Greenpeace Indonesia melalui penelitian ‘’Ulama dan Perubahan Iklim di Indonesia: Integrasi Isu Perubahan Iklim dan Lingkungan dalam Kurikulum Perguruan Tinggi Islam’’ menemukan tiga dari 17 Perguruan Tinggi Islam, baik dari Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Muhammadiyah, serta Universitas Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi objek penelitian telah mengintegrasikan topik perubahan iklim dan lingkungan ke dalam kurikulum universitas.

Misalnya, UIN Raden Intan Lampung telah menjadikan isu perubahan iklim dan lingkungan sebagai visi dan misi universitas, hingga mengintegrasikannya ke seluruh lini kehidupan kampus. UIN Raden Intan Lampung yang didapuk sebagai peringkat pertama UI Greenmetrics tingkat PTKIN di Indonesia, memiliki mata kuliah universitas yaitu Islam dan Lingkungan. Serta, di setiap jurusan, terdapat mata kuliah lingkungan yang terintegrasi dengan jurusan. Kemudian, Universitas PTIQ Jakarta sejak tahun 2021 telah mengintegrasikan isu perubahan iklim dan lingkungan pada kurikulum pendidikan imam dengan menawarkan mata kuliah seperti ‘Islam dan Lingkungan Hidup’. Serta Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta terdapat Mata Kuliah Hadis Sains Kesehatan dan Lingkungan.

Baca juga: Workshop Khutbah Hijau: Kolaborasi Greenpeace, Islamidotco, dan Cariustadz Tingkatkan Perspektif Isu Lingkungan dalam Dakwah

Meski demikian, temuan lainnya bahwa terdapat Perguruan Tinggi Islam seperti UIN Jakarta, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, serta universitas NU dan Muhammadiyah lainnya yang belum mengintegrasikan kurikulum universitasnya dengan topik perubahan iklim dan lingkungan. Di UIN Jakarta misalnya, dari 56 jurusan, terdapat 10 jurusan umum yang memiliki mata kuliah tentang lingkungan.

Sementara itu, di program studi agama tidak ada mata kuliah terkait perubahan iklim dan lingkungan. Hal ini menandakan bahwa ada semacam peminggiran isu lingkungan di jurusan agama. Sama hal nya juga di Universitas Muhammadiyah Jakarta, serta universitas lainnya belum ada mata kuliah khusus terkait isu perubahan iklim dan lingkungan.

Bagaimana Universitas Islam dapat Membantu Meringankan Krisis Lingkungan

Universitas Islam, sebagai institusi pendidikan, memiliki tanggung jawab besar dalam mempromosikan dan menjaga kelestarian lingkungan. Universitas-universitas Islam berkontribusi melalui pengintegrasian tema lingkungan ke dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian. Salah satu aspek utama dari upaya ini adalah pengembangan kurikulum yang dapat menumbuhkan kesadaran pada lingkungan. Peran ini menjadi sangat penting bagi universitas berbasis agama Islam, mengingat peran agama yang menonjol dalam membentuk sikap terhadap pelestarian lingkungan. Sebagai negara dengan mayoritas Muslim di mana 98% masyarakat percaya bahwa agama sebagai bagian penting dari kehidupan mereka (Pew Research Center, 2020), pendekatan berbasis agama untuk pelestarian lingkungan menjadi kebutuhan strategis. Agama tidak hanya menginspirasi inisiatif lingkungan tetapi juga mempengaruhi kebijakan publik global dan mendorong aksi kolektif menuju keberlanjutan.

Melalui integrasi topik perubahan iklim dan lingkungan ke dalam kurikulum program studi agama, Universitas-universitas Islam di Indonesia bisa berkontribusi mengatasi krisis iklim dan lingkungan dengan mencetak ulama-ulama yang mampu mensyiarkan keterhubungan Islam dan lingkungan. Penelitian “Ulama dan Perubahan Iklim di Indonesia” menawarkan sejumlah langkah strategi universitas Islam jika ingin menjadi kampus pencetak ulama berperspektif lingkungan. Setidaknya terdapat tiga hal, yakni kepemimpinan, sumber daya organisasi, dan institusionalisasi.

Pertama, kepemimpinan yang visioner dan berkomitmen tinggi terhadap isu perubahan iklim dan lingkungan menjadi pondasi penting. Pemimpin perguruan tinggi Islam perlu memiliki pemahaman mendalam tentang isu lingkungan serta kemampuan untuk menggerakkan seluruh sivitas akademika dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Selain kepemimpinan, sumber daya organisasi juga memegang peranan penting. Hal ini mencakup tata ruang kampus yang mendukung kelestarian lingkungan, seperti pengelolaan lahan hijau dan infrastruktur ramah lingkungan, serta ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dan berorientasi pada keberlanjutan.

Terakhir, kebijakan institusional yang pro-lingkungan harus menjadi pijakan dalam operasional kampus. Perguruan tinggi perlu memiliki visi, misi, dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan, termasuk pembentukan lembaga khusus seperti Task Force perubahan iklim untuk mengkoordinasikan berbagai inisiatif lingkungan. Pengalokasian anggaran yang memadai juga menjadi elemen penting untuk memastikan keberlangsungan program-program lingkungan.

Baca juga: Survei Iklim Nasional: Tokoh Agama Jadi Sosok Paling Dipercaya dalam Isu Iklim, Ungguli Aktivis Lingkungan

Apabila ketiga elemen ini terpenuhi—kepemimpinan yang kuat, sumber daya organisasi yang memadai, dan kebijakan institusional yang berorientasi lingkungan—perguruan tinggi Islam dapat memainkan peran strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Integrasi isu perubahan iklim dan lingkungan ke dalam kurikulum tidak hanya mencetak generasi ulama yang sadar lingkungan, tetapi juga memperkuat posisi kampus sebagai institusi berkelanjutan yang berkontribusi pada masa depan bumi yang lebih baik.

Temuan dari penelitian tersebut menjadi langkah awal untuk Universitas-universitas Islam di Indonesia lebih proaktif mengintegrasikan isu perubahan iklim dan lingkungan ke dalam kurikulum mereka. Pendekatan berbasis nilai-nilai Islam untuk membahas isu lingkungan dan keberlanjutan memiliki potensi besar, mengingat relevansinya dengan ajaran Islam tentang menjaga keseimbangan alam (mizan) dan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi (khalifah fil ardh).

Saat ini, meskipun sudah ada beberapa upaya di berbagai negara Muslim untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam pendidikan Islam, penerapannya masih terbatas. Dengan langkah yang strategis, perguruan tinggi Islam di Indonesia dapat memimpin dalam mencetak generasi ulama dan cendekiawan Muslim yang tidak hanya memahami ajaran Islam, tetapi juga memiliki wawasan mendalam tentang keberlanjutan lingkungan.

Hal ini berpotensi menjadikan Indonesia sebagai pelopor global dalam pendekatan lintas disiplin antara agama dan isu lingkungan.

Artikel ini ditulis oleh bersama oleh Firda Amalia, asisten peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta

dan Tati Rohayati, peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta