Di Indonesia, isu agama adalah isu yang sering memicu perdebatan dan pertentangan. Tak jarang isu agama dipake untuk menanamkan sentimen kebencian dan perpecahan. Menurut Menteri Agama Lukman Saifuddin, hal itu dikarenakan umat beragama terlaku terpaku pada yang eksoteris (kulit luar) dan menafikan yang isoteris (sisi dalam).
“Agama punya sifat isoteris dan eksoteris. Kita sering jatuh dalam konflik karena terlalu fokus pada sisi eksoterisnya,” kata Menag dalam pembukaan Temu Kebangsaan Orang Muda di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/4).
Lebih jauh Menag mengatakan bahwa kebenaran Tuhan yang dibawa agama bersifat mutlak. Namun manusia adalah mahluk yang terbatas, sehingga penangkapannya atas kebenaran mutlak tadi dibatasi oleh keterbatasannya. Dalam konteks ini, keberagaman yang diciptakan Tuhan semestinya bisa melengkapi keterbatasan masing-masing manusia, bukan memicu pertikaian.
Keberagaman suku dan agama di Indonesia, oleh karenanya, tidak harus menjadi sumber pertentangan, tetapi justru harus jadi kekuatan. Ketika ditanya terkait beberapa kasus pengusiran kekerasan berlatar sentimen agama yang terjadi di Indonesia, Menag menyatakan bahwa hal itu sudah masuk domain keamanan, sehingga kementrian agama tidak bisa sendirian memutuskan.
“Dalam kasus-kasus tersebut pertimbangan keamanan penting, di mana itu wilayah aparat kepolisian. “Tapi yang jelas aparat mesti menjamin keselamatan warga,” katanya. [SA]