Kejadian pada zaman azali selalu menjadi pembahasan menarik bagi setiap Muslim. Salah satu hal yang paling terkenal pada zaman itu adalah peristiwa sakral, yaitu yaum al-mitsaq/yaum adz-dzur. Pada hari itu, Allah mempersaksikan Adam dan keturunannya bahwa Allah adalah Rabb dan tidak ada Tuhan lain selain-Nya. Mereka berikrar mengakui itu, lalu Allah memberitahu mereka bahwa Dia akan mengutus para rasul untuk memberi petunjuk dan mengajarkan kebenaran.
Hakim Tirmidzi menyarikan kejadian tersebut dalam karyanya, Kitab Ghaurul Umur yang dialih bahasakan ke bahasa Indonesia menjadi Rahasia Semesta Sebelum Dunia oleh penerbit Turos Pustaka dengan gagasan utama “menyingkap misteri agama Islam yang belum pernah diungkapkan”. Sang Bijak Bestari yang bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hasan bin Bisyr at-Tirmidzi ini berasal dari keluarga perawi hadis. Ia dilahirkan pada tahun 205 H/820 M dan wafat pada tahun 320 H/932 M. Ia menjadi salah satu tokoh besar Islam yang berumur panjang, yakni 115 tahun.
Hari Perjanjian
Allah mengabadikan peristiwa itu dalam ayat 172 surat Al-A’raf:
اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Inilah yaum al-mitsaq (hari perjanjian). Seperti yang Allah firmankan, kita semua bersaksi pada Allah adalah Tuhan kita semua. Sehingga, secara tidak langsung saat kita lahir di dunia, kita sudah beriman bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ayat ini seakan ingin mengingatkan kita bahwa semua manusia sudah mengikrarkan janji, jauh sebelum dunia ini ada. Dengan memahami ini, cahaya makrifat dalam hati kita bisa dengan mudah muncul lalu menjadi penuntun hingga kita semua bisa beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman.
Tak hanya menjelaskan kejadian tersebut, Hakim Tirmidzi juga menafsirkan setiap huruf dari pertanyaan Allah, yaitu Alastu birabbikum. “Pertanyaan ini dimulai dengan huruf alif karena memang dalam bahasa Arab, alif digunakan saat penanya tahu bahwa yang ditanya mengerti maksud arah pertanyaannya,” jelas Hakim Tirmidzi. Satu-satunya ulama tasawuf yang mendapatkan gelar hakim ini juga menafsirkan jawaban kita, Balaa. Ia menjelaskan bahwa huruf ba’ mewakili salah satu nama Allah, al-Barr (Mahabijak). Ini membuktikan betapa mulianya Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.
Sang Bijak Bestari begitu teliti saat menuliskan karya ini, meliputi tafsir, kisah, dan riwayat penting yang ada di dalamnya. Misalnya nama Adam as. dan Ibrahim as. Dia menjelaskan bahwa huruf yang menyusun nama itu banyak berkaitan dengan nama dan sifat-sifat Allah. Sebaliknya, huruf pada nama Firaun dan Iblis lekat dengan tabiat dan sifat buruk yang tercermin dalam perilaku mereka.
Selain beberapa tafsir dan cerita di atas, buku ini juga menjelaskan dua belas menteri Iblis yang masing-masing menjadi pemimpin seratus ribu panglima. Masing-masing panglima memimpin seratus ribu prajurit. Dengan jumlah sebanyak itu, mereka memiliki satu misi utama, yakni menyesatkan anak cucu Adam. Ia secara licik menjadikan hawa nafsu sebagai senjatanya untuk menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Sebagian dari mereka adalah pembuat dan pemain alat-alat musik yang melalaikan manusia. Sebagian yang lain menyebar ke tempat-tempat kotor seperti tempat sampah, dapur, kamar mandi, gang-gang kecil, jalanan, perempatan, pasar, dan kedai minuman keras. Setiap mereka memiliki nama dan tugas masing-masing guna menyesatkan keturunan Adam. Namun, kita tak perlu risau. Sebab dalam buku ini juga diceritakan kisah Nabi Yahya as. bertemu dengan Iblis yang menampakkan wujud aslinya. Dalam pertemuan itu, Iblis berdialog dengan Nabi Yahya as. dan membeberkan seluruh kebenciannya kepada manusia serta strategi untuk mengalahkannya.
Demi melawan tipu daya dan rayuan Iblis tersebut, Allah mengaruniakan akal, hati, dan makrifat untuk manusia. Unsur penciptaan masing-masing memiliki cahaya dan kemuliaan-Nya. Akal bertugas sebagai raja yang bertakhta dalam diri kita. Hati sebagai kota cahaya, tempat seluruh sifat mulia berkumpul. Makrifat yang berkedudukan di atas akal, sebagai penasihat bijak untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Secara tidak langsung, fakta tersebut menjadi jawaban atas pertanyaan, “Apakah benar beragama tidak harus menggunakan akal?” Tidak benar. Sebab, apabila rakyat di kota cahaya yang dalam hal ini adalah hati, telah terjangkit virus yang menyebabkan mereka limbung, raja harus bisa mengambil keputusan untuk menyelamatkan mereka dengan cara apa pun demi kelangsungan kehidupan. Sebab, kita membutuhkan tiga komponen utama berupa akal, hati, dan makrifat untuk menyelamatkan langkah kita sampai kampung akhirat kelak.
Judul: Rahasia Semesta Sebelum Dunia
Judul Asli: Ghaurul Umur
Penulis: Hakim Tirmidzi
Penerbit: Turos Pustaka
Edisi: Cetakan 1, Januari 2023
Tebal: 368 halaman
ISBN: 978-623-7327-79-0