Madrasah Shaulatiyah: Bibit Islam Nusantara di Mekah

Madrasah Shaulatiyah: Bibit Islam Nusantara di Mekah

Madrasah Shaulatiyah: Bibit Islam Nusantara di Mekah

Oleh: Ahmad Baso
Foto ilustrasi adalah madrasah Shaulatiyah yang hingga kini masih berdiri. Di madrasah yang didirikan ulama Arab dan India di paruh kedua abad 19 ini anak-anak Indonesia menimba ilmu. Tapi pada tahun 1934 terjadi kehebohan: seorang guru Shaulatiyah menghina anak-anak Indonesia yg waktu itu sedang baca majalah berbahasa Melayu Arab Jawi… dan menyebut bahasa Melayu sumber kebodohan dan kemunduran orang Indonesia. Menurut penuturan Haji Aboe Bakar Aceh dalam buku biografi KH Wachid Hasyim (1957), majalah yg dibaca itu adalah Soeara Nahdlatoel Oelama (berarti waktu itu pembaca majalah terbitan Surabaya ini sudah sampai ke Mekah, bukti Islam Nusantara juga).
Kontan saja, para ulama dan santri-santri Indonesia (termasuk Malaysia dan Patani) di Mekah menyatakan protes, lalu memboikot madrasah Shaulatiyah. Semangat patriotisme ulama kita pun muncul di sini: bikin madrasah tandingan dengan nama Madrasah Darul Ulum di kota suci itu juga, dengan karakter Nusantara. Hingga akhirnya Madrasah Darul Ulum mengalahkan pamor Shaulatiyah. Ya, mereka sama-sama ngaji Quran dan Hadis, sama-sama ngaji kitab, tapi di Madrasah Darul Ulum Anda akan temukan ngaji kitab rasa Nusantara, ngaji hadis tapi di sana ada patriotisme Indonesia — dimana ulama ulama Indonesia tampil sebagai guru, orang orang Arab sebagai murid… Rasa Nusantara itu tidak terlihat (jadi tidak perlu pakai casing atau nama ISLAM NUSANTARA di papan namanya) tapi sangat dirasakan pas ngaji di Darul Ulum, seperti garam dalam sayur atau gula dalam teh… makanya ISLAM NUSANTARA diajarkan dalam rohnya keilmuan Islam dalam berbagai displin manapun.. Salah satu alumninya yang berkarakter adalah almukarram Mbah Maimoen Sarang… (pernah malah beliau baca doa di satu acara dalam bahasa Arab yang isinya ternyata doa Islam Nusantara!)
Syekh Yasin Isa al-Fadani pernah dipercaya jadi Rektor atau Mudir di madrasah kebanggaan orang Indonesia ini..dan jadi kiblat sanad ulama dunia dengan rasa Nusantara!
Tapi rezim Wahabi Nejed tidak suka ideologi madrasah ini .. Maklum Wahabisme mau dijadikan ideologi global bagi siapapun yg ngaku muslim… plus dapat duit dolar AS dan reyal Saudi…
Sepeninggal Syekh Yasin rahimahullah di tahun 1990 Madrasah Darul Ulum langsung ditutup total… Sementara saingannya, madrasah Shaulatiyah, tetap dibiarkan hidup karena satu ide untuk mengubur patriotisme Nusantara di Mekah ….