Kabar tentang kepulangan Habib Rizieq Syihab yang dilontarkan Ahmad Shabri Lubis saat demo 1310 tolak omnibus law berbuntut panjang. Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, misalnya, terlibat adu komentar dengan Front Pembela Islam (FPI). Bahkan, perdebatan itu melibatkan isu soal politisasi kota Makkah hingga ajakan untuk bertaubat.
Sebelumnya, segera setelah Shabri mengabarkan kepulangan Habib Rizieq, Agus mengatakan bahwa status HRS dalam sistem portal imigrasi Kerajaan Arab Saudi masih ‘blinking merah’. Artinya, HRS belum bisa keluar dari negara tersebut.
“Berdasarkan komunikasi kami dengan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, bahwa sampai detik ini nama Mohammad Rizieq Syihab (MRS) dalam sistem portal imigrasi Kerajaan Arab Saudi masih ‘blinking merah’,” kata Agus, dikutip detikcom, Rabu (14/10).
Lebih jauh, Agus menjelaskan bahwa Arab Saudi tidak pernah mendiskriminasi warga negara asing (WNA) dalam hal denda dan hukuman bagi pelanggar keimigrasian. Ini dimungkinkan karena sudah ada sistem baku yang mengatur hal tersebut.
“Karena KSA-lah yang paling tahu pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh MRS. Pemerintah Indonesia tidak pernah menghalang-halangi kepulangan MRS,” tegas dia.
Selain menyoroti soal status HRS yang belum bisa keluar dari Saudi, Agus Maftuh juga menyesalkan penggunaan istilah ‘pengumuman dari kota suci Makkah’ saat massa PA 212 mengumumkan rencana kepulangan imam besar FPI itu.
Menurut Agus, penggunaan istilah tersebut berpotensi menodai kesucian Makkah.
“Kami menyayangkan pemakaian diksi ‘i’lan min Makkah al-Mukarramah (pengumuman dari kota suci Makkah) yang bisa menyinggung Kerajaan Arab Saudi karena sangat berpotensi bisa menodai kesucian ‘Kota Makkah’ sebagai kota turunnya wahyu,” kata Agus Maftuh.
“Dokumen tiga halaman dengan ekstensi PDF tersebut adalah merupakan ‘Politisasi Kota Makkah ‘Tasyis Makkah Al-Mukarramah‘. Makkah bukan tempat untuk meneriakkan ‘revolusi’ untuk menentang pemerintahan yang resmi dan konstitusional atau dalam bahasa Saudi ‘Al-Hukumah al-Syar’iyyah‘ Negara Kesatuan Republik Indonesia,” sambung dia.
Sontak, FPI pun mencibir pernyataan Agus Maftuh tersebut. FPI menyebut Agus Maftuh tidak cocok menjadi diplomat.
“Waduh, kayaknya otak Agus Maftuh yang ternoda, Makkah memang kota suci. Agus Maftuh selaku agen BIN memang tidak cocok jadi diplomat,” ujar Ketua DPP FPI Slamet Ma’arif.
Tak hanya itu, Slamet juga menyinggung pekerjaan Dubes RI Agus Maftuh. Dia menyarankan agar Dubes Agus bertobat.
“Dia (Agus Maftuh) memang ditugaskan untuk operasi intelijen terhadap IB HRS (imam besar Habib Rizieq Syihab). Sekali lagi saya sarankan, bertobatlah, Pak Dubes,” tutur Slamet.
Revolusi bakal terjadi dan Habib Rizieq yang bakal memimpin itu?
Hmm… kira-kira, bagaimana bakal terjadi beneran nggak ya? Klik untuk referensi: https://t.co/BnAi9G8ZcM
— Islami (@islamidotco) October 15, 2020