Nama Ibrahim Bin Adham tentu tidak asing di telinga para ulama ahli sufi. Dia adalah guru besar para sufi dan bahkan di kalangan ulama disebut sebagai seorang wali yang memiliki karomah yang sangat banyak. Salah satu di antaranya adalah bisa menjinakkan binatang. Lebih dari itu, binatang mampu memahami apa yang dikatakan oleh Ibrahim bin Adham dengan seizin Allah SWT.
Suatu ketika saat Ibrahim bin Adham sedang berada di dalam hutan belantara bersama bersama para muridnya, tiba-tiba terdengar raungan seekor singa dari semak belukar. Singa itu mengaung seperti sedang kelaparan. Para murid Ibrahim bin Adham agak sedikit ketakutan.
“Guru, sepertinya di sekitar kita ada seekor singa yang sedang kelaparan? Kata salah seorang dari muridnya.
“Terus, di mana kira-kira singanya?
“Sepertinya ada di semak belukar yang bergerak itu, Guru.”
Ibrahim bin Adham pun mendekati semak belukar yang ditunjukkan. Dan ternyata di situ ada seekor singa yang sedang siap menerkam mereka. Dengan tenang Ibrahim bin Adham berkata kepada singa, “Wahai singa, jika engkau datang di sini diperitahkan untuk melakukan sesuatu kepada kami, maka lakukanlah. Namun jika tidak, kembalilah ke tempatmu semula.”
Setelah berbicara, singa itu pergi meninggalkan Ibrahim bin Adham dan murid-muridnya sambil mengepakkan ekornya. Lalu para muridnya terkagum dan terheran-heran. Bagaimana mungkin binatang seperti singa dapat memahami bahasa Ibrahim bin Adham. Karena diliputi rasa penasaran, salah satu dari muridnya bertanya, “Bagaimana cara engkau mengusir singat tadi dari sini?
Dengan nada singkat Ibrahim bin Adham menjawab,“Bacalah doa ini: Allahummahrusnā bi’ainika allatī lā tanām, waknufnā biruknika allazī lā yurām warhamnā biqudratika ‘alainā walā nahliku wa anta rajāunā.”
“Ya Allah, jagalah kami dengan mata-Mu yang tak pernah tidur, dan jagalah kami dengan benteng-Mu yang tak pernah hancur. Kasihanilah kami dengan kekuasaan-Mu terhadap kami, jangan binasakan kami karena Engkau adalah harapan kami.”