Sebuah misteri bagi saya bisa ikut hadir dalam ‘Daurah Khashah’ setelah Subuh ini bersama Habib Umar sehingga dapat bermuwajahah di depan beliau.
Di bab kesepuluh ini Habib Umar membaca “Babul Mahabbah”, bab yang paling penting dari bab-bab lain tentang tanda-tanda ulama Tasawuf.
Beliau mencantumkan hadis berkenaan dengan pentingnya memiliki rasa cinta:
عن عتبة بن عبد رضي الله عنه قال: بايعت رسول الله صلى الله عليه وسلم سبع بيعات: خمساً على الطاعة، واثنتين على المحبة.
Utbah bin Abd Radhiyallahu Anhu berkata: “Saya berbaiat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebanyak 7 kali. Yang 5 adalah tentang kepatuhan. Yang 2 adalah tentang cinta” (HR Al-Baghawi, Ibnu Asakir dan Abu Nuaim)
Saya menjumpai keterangan dari Habib Umar tentang cinta bagi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bukan sekedar kata-kata, namun terpraktek secara nyata (pada sesi Dialog Peradaban Lintas Agama). Beliau contohkan dari kecintaan Nabi terhadap binatang:
ﻗﺎﻝ: ﻛﻨﺎ ﻣﻊ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺳﻔﺮ، ﻓﺎﻧﻄﻠﻖ ﻟﺤﺎﺟﺘﻪ ﻓﺮﺃﻳﻨﺎ ﺣﻤﺮﺓ ﻣﻌﻬﺎ ﻓﺮﺧﺎﻥ ﻓﺄﺧﺬﻧﺎ ﻓﺮﺧﻴﻬﺎ، ﻓﺠﺎءﺕ اﻟﺤﻤﺮﺓ ﻓﺠﻌﻠﺖ ﺗﻔﺮﺵ، ﻓﺠﺎء اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ: «ﻣﻦ ﻓﺠﻊ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ؟ ﺭﺩﻭا ﻭﻟﺪﻫﺎ ﺇﻟﻴﻬﺎ».
Kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam perjalanan, Nabi berangkat untuk keperluan beliau. Kami menemukan burung kecil dengan 2 anaknya. Lalu kami ambil keduanya. Ternyata induk burung mengepak-epakkan kedua sayapnya. Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasallam datang dan bertanya: “Siapa yang memisahkan induk burung ini dengan anaknya? Kembalikan anaknya kepada induknya” (HR Abu Dawud)
ﻭﺭﺃﻯ ﻗﺮﻳﺔ ﻧﻤﻞ ﻗﺪ ﺣﺮﻗﻨﺎﻫﺎ ﻓﻘﺎﻝ: «ﻣﻦ ﺣﺮﻕ ﻫﺬﻩ؟» ﻗﻠﻨﺎ: ﻧﺤﻦ. ﻗﺎﻝ: «ﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻌﺬﺏ ﺑﺎﻟﻨﺎﺭ ﺇﻻ ﺭﺏ اﻟﻨﺎﺭ»
Nabi melihat sarang semut yang kami bakar. Nabi bertanya: “Siapa yang membakar ini?”. Kami menjawab: “Kami”. Nabi bersabda: “Tidak boleh menyiksa dengan api, kecuali (Allah) yang menciptakan api” (HR Abu Dawud)
Terlebih lagi Nabi mencintai sesama Manusia meskipun dahulu memusuhi Nabi, yakni tatkala penduduk Makkah mengusir Nabi dari Makkah dan dalam waktu 10 tahun berikut Nabi datang kembali ke Makkah membawa ribuan Shahabat. Apakah Nabi shalallahu alaihi wasallam membalas dendam?
ﻗﺎﻝ ﻟﻬﻢ ﺣﻴﻦ اﺟﺘﻤﻌﻮا ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ: ” ﻣﺎ ﺗﺮﻭﻥ ﺃﻧﻲ ﺻﺎﻧﻊ ﺑﻜﻢ؟ ” ﻗﺎﻟﻮا: ﺧﻴﺮا , ﺃﺥ ﻛﺮﻳﻢ ﻭاﺑﻦ ﺃﺥ ﻛﺮﻳﻢ. ﻗﺎﻝ: ” اﺫﻫﺒﻮا ﻓﺄﻧﺘﻢ الطلقاء ”
Nabi bertanya kepada penduduk Makkah ketika mereka berkumpul di Masjidil Haram: “Menurut kalian apa yang akan kuperlakukan pada kalian?” Mereka menjawab: “Kau akan berbuat baik, saudara yang mulia dan anaknya saudara yang mulia” Nabi bersabda: “Pergilah. Kalian orang yang merdeka” (HR Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra)