Habib Umar bin Hafidz: Rasulullah SAW Mengajarkan Hidup Rukun dan Harmonis dengan Tetangga

Habib Umar bin Hafidz: Rasulullah SAW Mengajarkan Hidup Rukun dan Harmonis dengan Tetangga

Habib Umar menjelaskan bahwa metode yang dibawa Rasulullah SAW dalam berdakwah dan bertetangga adalah hidup berdampingan dengan penuh kasih sayang.

Habib Umar bin Hafidz: Rasulullah SAW Mengajarkan Hidup Rukun dan Harmonis dengan Tetangga
Habib Umar bin Hafidz (sumber poto: kalamhabaibindonesia)

Habib Umar bin Hafidz menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT dengan membawa rahmat untuk semesta alam.

“Siapa yang mengikuti dan megimani Rasulullah SAW maka ganjaran baginya  adalah rahmat di dunia dan keburuntungan di dunia dan akhirat,” terang Habib Umar saat memberi ceramah agama di para artis dan pengusaha.

Sebaliknya, siapa yang tidak mengikuti dan mengimani Rasulullah SAW maka akan mendapatkan rahmat di dunia dan diberikan penundaan dan kesempatan jika mungkin akan bertaubat sebelum dikembalikan ke akhirat.

Bagi Habib Umar, metode yang dibawa Rasulullah SAW dalam berdakwah dan bertetangga adalah hidup berdampingan dengan penuh kasih sayang.

“Rasulullah SAW menyontohkan hidup bertetangga yang baik dengan cara saling memaklumi, menghargai, tidak saling menyakiti dan membalas kejahatan dengan kebaikan,” tuturnya.

Habib Umar bercerita bahwa kita dapat menelusuri Sejarah perjalanan dakwah Rasulullah SAW yang penuh dengan ujian dan rintangan.

Pernah suatu ketika Rasulullah SAW menuju Mekah dengan membawa kemenangan, datanglah seorang Fudholah dari Quraisy yang sengaja mendekati Rasulullah SAW dari belakang.

Fudholah datang kepada Rasulullah SAW dengan menyelipkan pedang di bajunya. Kemudian, Rasulullah SAW menoleh ke belakang dan bertanya kepada Fudholah “Apa gerangan yang engkau pikirkan?”

Fudholah terkejut gugup dan menjawab “tidak wahai Nabi, saya hanya berdzikir kepada Allah SWT”.

Rasulullah SAW tersenyum menanggapi kebohongan fudholah, kemudian Rasulullah SAW meletakkan telapak tangannya ke dada fudholah dan mendoakan kebaikan untuknya.

Kemudian berceritalah Fudholah dan berkata “tidaklah Rasulullah SAW mengangkat telapak tangannya sampai hilanglah kedzaliman, kekufuran dan kebencian yang ada di dalam hatiku”.

Waktu demi waktu berlalu, Fudholah menjadi hamba Allah yang beriman dan sangat mencintai Rasulullah SAW.

Sungguh Rasulullah SAW adalah panutan terbaik yang tidak pernah membalas kebencian dengan kebencian.

Dakwah Rasulullah SAW ke Tho’if juga mendapatkan rintangan dan penolakan. Lemparan batu dan kotoran mengiringi Rasulullah SAW saat di Tho’if. Kemudian Allah SWT mengirimkan malaikat penunggu dua gunung dan malaikat Jibril.

Malaikat penunggu gunung berkata kepada Rasulullah SAW “Bagaimana jika kami runtuhkan gunung ini ke penduduk Tho’if wahai Rasulullah SAW karena mereka telah menyakitimu?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab  “Jangan, namun aku ingin keturunan penduduk Tho’if menjadi penerus dakwahku”.

Malaikat penjaga gunung pun berkata “sungguh benar, Maha Benar Allah SWT yang menjadikan engkau rahmat semesta alam”.

Habib Umar bin Hafidz menjelaskan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya memikirkan rahmat untuk penduduk Tho’if namun juga untuk keturunan-keturunan penduduk Tho’if.

“Terkadang kita hanya mencintai teman kita namun tidak kepada anak-anaknya, pun jika kita mencintai anak-anaknya belum tentu kita memikirkan anaknya yang belum lahir atau keturunan anak-anaknya” jelas Habib Umar dengan tersenyum.

Maka pandangilah tetangga kita dan orang sekitar dengan pandangan rahmat, mendoakannya dengan kebaikan, membersihkan hati dari kebencian, saling memaklumi dan tidak menuntut lebih kepada mereka. Lihatlah bagaimana hidup damai dan rukun yang sudah Rasulullah SAW ajarkan kepada kita semua.