Kisah ini berangkat dari salah satu surat yang terdapat dalam Al-Quran yaitu surat Ali Imran. Kisah keluarga Imran patut dijadikan sebagai pelajaran bagi siapa saja yang membacanya, terlebih umat Islam. baitul maqdis
Imran sendiri adalah seorang suami mulia yang mendidik istrinya menjadi salehah dan berbakti kepada Allah SWT. Bahkan kemuliaannya disejajarkan dengan kemuliaan Nabi Adam, Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰٓ ءَادَمَ وَنُوحٗا وَءَالَ إِبۡرَٰهِيمَ وَءَالَ عِمۡرَٰنَ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ذُرِّيَّةَۢ بَعۡضُهَا مِنۢ بَعۡضٖۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (pada masanya masing-masing). (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S Ali Imran: 33-34).
Dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa Imran dan istrinya yang bernama Hanah telah menikah sejak lama, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Ia sangat mendambakan seorang anak karena menurutnya sebuah rumah tanpa kehadiran tangis dan tawa seorang anak sangatlah sepi.
Suatu ketika ia pernah melihat kasih sayang seekor induk burung kepada anaknya di atas dahan. Melihat hal itu, ia semakin ingin mempunyai anak. Kemudian ia berdoa di dalam hati kepada Allah SWT, “Ya Allah berikanlah aku keturunan sehingga dapat memberikan kasih sayang seperti makhluk-Mu itu.”
Beberapa bulan setelahnya, Allah SWT mengabulkan permohonan Hanah dengan menganugerahkan kepadanya sebuah kehamilan. Berkat kehamilannya, hanah menjadi semakin rajin dalam beribadah kepada Allah SWT, begitu juga dengan Imran selaku suaminya. Bahkan suatu ketika ia bermunajat kepada Allah SWT seraya menyatakan rasa syukurnya dengan bernadzar jika anaknya telah lahir maka kelak ketika dewasa akan diserahkan ke rumah ibadah (Baitul Maqdis) untuk mengabdi kepada Tuhannya, sebagaimana diabadikan dalam firman-Nya:
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
Artinya: “(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S Ali Imaran: 35).
Setelah genap sembilan bulan, Hanah akhirnya melahirkan. Hal itu membuatnya sangat bersyukur dan bergembira atas anugerah yang diberikannya. Namun, kegembiraan tersebut sedikit terganggu ketika Imran berkata, “Bayi kita perempuan, padahal kita berharap laki-laki agar bisa mengabdi di Baitul Maqdis”. Kemudian Hanah berkata, “Mungkinkah seorang perempuan dapat mengabdi di Baitul Maqdis?” Ia pun mengadu pada Tuhannya, “Ya Allah mengapa engkau memberi kami keturunan peremuan?” Bayi perempuan itu kemudian dinamakan dengan Maryam, sebagaimana firman-Nya:
فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Artinya: “Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.” (Q.S Ali Imran:36).
Meskipun demikian, Hanah dan Imran menerima bayi perempuannya dengan penerimaan yang baik. Keduanya juga merawat dan membesarkannya dengan penuh rasa kasih sayang. Kemudian
Setelah dewasa, Hanah menyerahkan Maryam kepada Zakaria selaku khadim di Baitul Maqdis. Maryam menempati Mihrab yang tertutup dari pandangan orang yang bukan mahramnya. Di sanalah ia beribadah dan mengabdikan dirinya serta Allah SWT mencukupi rezekinya, sebagaimana firman-Nya:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٖ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنٗا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ
Artinya: “Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (Q.S Ali Imran: 37).
Maryam adalah seorang perempuan yang sangat terpelihara. Sepanjang waktunya, ia hanya beribadah kepada Allah swt dan tak pernah keluar mihrab. Tidak heran jika, ia termasuk perempuan termulia pada zamannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَإِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصۡطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu).” (Q.S Ali Imran: 42).
Selain itu, berkat tingkat keshalihahan yang dimilikinya, Allah SWT kemudian persiapkan Maryam agak kelak menjadi Ibu dari seorang Nabi bernama Isa As, sebagaimana firman-Nya:
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ
Artinya: “(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (fir-man) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (Q.S Ali Imran: 45).
Pada akhirnya, segala kehebatan dan kemuliaan yang dimiliki oleh Maryam tidak terlepas dari keikhlasan dan ketulusan doa seorang ibunya bernama Hanah. Terlebih ketika dalam kandungan, ia senantiasa bersungguh-sungguh memohon kepada Allah SWT demi kebaikan seorang anak yang sedang di kandungnya.
Wallahu A’lam