Asbabun Nuzul Surat Ali Imran: Pertemuan Rasulullah dengan Rombongan Najran

Asbabun Nuzul Surat Ali Imran: Pertemuan Rasulullah dengan Rombongan Najran

Pertemuan Rasulullah SAW dengan rombongan dari Najran disebut al-Baghawi sebagai asbabun nuzul dari surat ali imran

Asbabun Nuzul Surat Ali Imran: Pertemuan Rasulullah dengan Rombongan Najran

Surat Ali Imran termasuk surat Madaniah yang berjumlah 200 ayat. Ibnu Katsir menyebutkan, 83 ayat pertama turun berkenaan dengan kedatangan rombongan Najran pada tahun 9 Hijriyah.

Al-Baghawi menginformasikan lebih detail lagi. Rombongan Najran yang datang menghadap Nabi Muhammad saw itu berjumlah 60 orang. Dari 60 orang itu ada 14 orang tokoh pemuka. Di antara 14 tokoh utama ini ada 3 orang lagi yang lebih terkemuka. Mereka adalah Abdul Masih yang bergelar al-‘Aqib, Al-Aiham yang bergelar As-Sayyid, dan Abu Haritsah bin ‘Alqamah.

Orang yang bergelar al-‘Aqib ini berperan sebagai pimpinan musyawarah. Semua orang bertindak atas perintah dan pemikirannya. Orang yang bergelar As-Sayyid berperan sebagai penanggungjawab akomodasi, makan dan minum, rombongan. Sedangkan Abu Haritsah bin ‘Alqamah adalah Uskup dan Rahib bagi para rombongan.

Masih menurut Al-Baghawi, rombongan Najran masuk ke dalam Masjid Nabi pada waktu shalat Ashar menjelang. Semua rombongan langsung menggelar persiapan untuk mendirikan shalat.

Salah seorang sahabat Nabi menyeletuk, “tak pernah kami lihat kedatangan tamu seperti mereka. Setelah waktu ibadah mereka tiba, mereka langsung masuk ke dalam masjid Nabi SAW.” Nabi Muhammad saw menjawab, “Biarkan saja mereka!”

Tamu rombongan dari Najran ini pun langsung mendirikan shalat dengan menghadap ke arah timur. Selesai shalat, dua orang pemuka mereka yang begeral As-Sayyid dan Al-‘Aqib mengucapkan salam kepada Nabi. Nabi Muhammad saw bertanya pada mereka, “Apakah kalian berdua ini muslim?” Mereka serentak menjawab : “kami sudah muslim sebelum engkau.”

Nabi Muhammad membantah, “kalian bohong! Tidak mungkin kalian itu Islam dengan meyakini Allah memiliki seorang putra, menyembah pada Salib, dan makan daging babi.”

“Jika Isa itu bukan anak Allah, lantas siapa ayahnya? Dan orang-orang pun berdebat tentang Isa,” tanya dua orang itu. Nabi Muhammad menjawab dengan bertanya, “Apakah kalian tahu bahwa seorang anak itu pasti mirip dengan ayahnya?” Mereka jawab, “Ya, tentu!” Nabi Muhammad bertanya, “Apakah kalian tahu bahwa Tuhan itu menjaga segala-galanya dan memberikan rejekiannya?” Mereka jawab, “Ya, tentu!”

Nabi Muhammad bertanya lagi, “Apakah Isa melakukan seperti itu?” Mereka jawab, “Tidak!”

Nabi Muhammad bertanya, “Apakah kalian tahu bahwa Tuhan itu mengetahui segala apa yang ada di langit dan bumi?” Mereka jawab, “Ya, tentu!” Nabi bertanya, “Apakah Isa tahu semua itu selain apa yang dia tahu?” Mereka jawab, “Tidak!”

Nabi Muhammad menjelaskan, “Tuhan kita itu menciptakan Isa di dalam rahim seperti yang Dia mau, Tuhan kita tidak punya bentuk dan tidak ada padanan-Nya, Tuhan kita tidak makan dan tidak minum.” Mereka jawab, “Ya, betul!”

Nabi Muhammad bertanya, “apakah kalian tahu bahwa Isa dikandung oleh ibunya seperti bayi pada umumnya, kemudian sang ibu melahirkan Isa seperti ibu pada umumnya. Memberinya makan seperti pada umumnya, kemudian bayi itu makan, minum, berbicara seperti pada umumnya?” Mereka jawab, “Ya, benar!”

Nabi Muhammad bertanya, “Lantas, bagaimana ini bisa terjadi seperti prasangka kalian?” Mereka pun terdiam membisu. Saat itulah, Surat Ali Imran ini turun sekitar 80 ayat lebih. Begitulah penjelasan dari Tafsir Al-Baghawi.

Dalam Tafsir Al-Washit disebutkan, surat ini diberi nama Surat Ali Imran lantaran di dalamnya terdapat satu kisah tentang keluarga Imran yang cukup detail dan tidak ada dalam surat-surat lain. Keluarga Imran yang dimaksud adalah Isa, Yahya, Maryam dan ibunya. Imran itu sendiri adalah ayah kandung Maryam, ibunya Isa. Jadi, Imran itu adalah kakeknya Isa AS.

Wallahu A’lam.