Beberapa riwayat banyak menyebutkan bahwa kumpulan dosa yang mendapatkan ampunan dari Sang Maha Pengampun adalah dosa yang telah disesali dan ditobati dengan taubatan nasuhah (tobat yang sungguh-sungguh, bukan tobat yang kaleng-kaleng). Dalam kitab al–Matsnawi karya Jalaludin Rumi disebutkan bahwa istilah taubatan nasuhah (taubat nasuha) diilhami dari kisah seorang pemuda yang bernama Nasuh. Berikut kisah lengkapnya.
Ketika masih muda Nasuh bekerja sebagai seorang pelayan di pemandian perempuan, sehingga Nasuh menyamarkan dirinya dengan pakaian perempuan agar identitas aslinya tidak terbongkar. Di pemandian tersebut, Nasuh biasa melakukan intrik yang sangat memalukan dan hina (bagian ini tidak perlu diceritakan secara rinci, sebab pembaca jauh lebih pandai dalam berimajinasi) terhadap para gadis yang datang ke pemandian.
Kebiasaan buruk Nasuh terus belanjut dalam kurun waktu tertentu, hingga Nasuh tiba di suatu waktu yang membuka mata hatinya terhadap perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Nasuh memutuskan untuk pergi bertemu orang yang suci dan meminta didoakan agar dosa-dosanya diampuni oleh Sang Pemilik Semesta.
Si Orang Suci tidak menyebut dosa-dosa Nasuh, kecuali hanya dengan sebuah doa “Semoga Pemilik Semesta menganugerahimu pertobatan atas dosa yang menyelimutimu”. Doa orang suci tersebut benar-benar dikabulkan oleh Sang Pemilik Semesta, sebab doa orang-orang yang disayangi oleh-Nya seperti kehendak Sang Pemilik Semesta sendiri.
Hal ini sesuai dengan hadis qudsi riwayat dari Imam al-Bukhari yang berbunyi, “Hamba-Ku terus berusaha mendekat kepada-Ku lewat amal-amal sunnahnya hingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya; Aku menjadi telinganya, matanya, lidahnya, kakinya, dan tangannya. Dengan-Ku ia mendengar, memandang, berbicara, berjalan, dan memegang”.
Sepulang dari rumah orang suci, Nasuh kembali bekerja ke pemandian sebagai orang yang tidak bermain intrik memalukan seperti sebelumnya. Beberapa saat kemudian, terdengar kabar bahwa salah satu pengunjung pemandian telah kehilangan batu permata yang harganya sangat mahal.
Mendengar kabar tersebut, Raja memerintahkan petugas untuk melarang semua pengunjung dan pekerja yang berada di tempat kejadian perkara (TKP) keluar dari area pemandian dan juga memerintahkan untuk melucuti dan menggeledah semua pengunjung dan pekerja.
Ketika para petugas kerajaan mulai melaksanakan tugasnya, Nasuh diliputi ketakutan dan kecemasan; sebab jika jenis kelamin dan penyamarannya terbongkar, maka hukuman mati akan menjadi hadiah yang paling mengerikan bagi Nasuh. Ketika giliran Nasuh dilucuti dan digeledah akan tiba, dalam ketakutan Nasuh berdoa kepada Sang Pemilik Semesta agar diberikan keselamatan. Nasuh berdoa hingga terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri karena rasa takut yang menjalari seluruh tubuhnya.
Ketika Nasuh perlahan mulai sadar dan bangun, Nasuh telah kehilangan sifat alamiahnya dan berubah menjadi makhluk yang benar-benar baru. Setelah benar-benar sadar, Nasuh mengetahui bahwa permata yang hilang telah ditemukan. Petugas-petugas yang telah mencurigainya berbondong-bondong meminta maaf kepadanya.
Beberapa hari kemudian, sang putri raja mengirim utusan kepada Nasuh yang telah berubah untuk mengeramasi rambutnya. Nasuh yang telah berubah menolak tawaran itu dengan tegas, meskipun itu adalah perintah penting sekaligus hal yang diidam-idamkan oleh Nasuh sebelum berubah sejak lama. Ia takut menempatkan dirinya di jalan godaan lagi dan Tuhan tidak akan memberinya kesempatan lagi.
Riwayat lain menyebutkan bahwa setelah Nasuh pingsan, Nasuh berubah menjadi seorang perempuan asli yang bernama Nasuhah. Oleh sebab itu, manusia dianjurkan untuk bertobat dengan taubatan nasuhah. Artinya bertobatlah dengan tobat yang seperti tobatnya Nasuh/Nasuhah, yakni tobat yang sungguh-sungguh dan tidak akan mengulanginya lagi, meskipun ada kesempatan untuk mengulanginya.
Wallahu A’lamu Bis Showab