Sejarah Imam al-Bukhari Menulis Kitab Hadis Shahih al-Bukhari

Sejarah Imam al-Bukhari Menulis Kitab Hadis Shahih al-Bukhari

Sejarah Imam al-Bukhari Menulis Kitab Hadis Shahih al-Bukhari

Kitab Shahih al-Bukhari adalah kitab karya Amirul Mukminin fil Hadith yaitu Muhammad bin Ismail bin al-Mughirah, berjudul lengkap al-Jami’ al-Shahih al-Musnad min Hadithi Rasulillah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi. Beliau lahir di Bukhara, hari Jumat tanggal 13 Syawal tahun 194 H dan wafat di bulan Syawal tahun 256 H di usia 62 tahun. Ayahnya yang bernama Ismail adalah ulama Hadis dan ibunya adalah wanita salihah yang rajin beribadah. Imam Bukhari saat usia 10 tahun sudah menghapal al-Qur’an, menghapal kitab karya Imam Mubarak dan Imam Waki’. Selain itu, di usia yang masih muda tersebut Imam Bukhari juga sudah menghapal sekitar 1000 Hadis.

Sebelum menulis kitab Shahih al-Bukhari, Imam Bukhari menulis kitab “Qadhaya al-Shabah wa al-Tabi’in” dan kitab “Tarikh al-Kabir”. Nah, untuk kitab Sahih al-Bukhari ini diawali dengan mimpi Imam Bukhari suatu hari bahwa Imam Bukhari berdiri di hadapan Nabi SAW melindunginya dari siksaan dan celaan. Kisah tersebut dinukilkan dari Imam Suyuti dalam kitab Tadrib al-Rawi. Kemudian, Imam Bukhari meminta kepada gurunya untuk mengetahui tafsir mimpi tersebut. “sesungguhnya, suatu saat nanti engkau akan menjadi pembela dan pemberantas kebohongan yang disangkakan kepada Nabi SAW”. Begitulah jawaban dari guru Imam Bukhari menimpali tafsir mimpinya.

Di kesempatan lain setelah mimpi itu, Imam Bukhari bertemu dengan Ishaq bin Rahawayh, Muhadist dari Khurasan. Pada pertemuan tersebut, Ishaq bin Rahawayh menyampaikan kepada Imam Bukhari yang sekaligus menjadi muridnya “Jikalau engkau mau mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW secara ringkas dan padat”. Hati Imam Bukhari terenyuh dan seketika teringat tafsir mimpi kala itu. Mungkin inilah saatnya beliau mengumpulkan dan menuliskan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW.

Mulailah Imam Bukhari mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih. Beliau memulai menulis di Mekah, acapkali di Madinah, dekat dengan makam Nabi SAW. Dalam penulisan kitab Sahih Bukhari tersebut, Imam Bukhari jarang sekali keluar masjid untuk bertemu masyarakat seperti biasanya. Sampai penulisan kitab tersebut selesai, kurang lebih 16 tahun kemudian. Imam Bukari menyatakan bahwa “Saya tidak akan menuliskan satu Hadis pun dalam kitab ini kecuali saya berwudhu sebelumnya, kemudian salat istikharah dua rakaat dan memastikan kesahihan Hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan”.

Dari 600.000 ribu Hadis, Imam Bukhari memilih sekitar 7000-an Hadis Sahih, atau di beberapa riwayat sebanyak 7275 Hadis Sahih atau lagi sekitar 7397 Hadis Sahih. Imam Bukhari mensyaratkan pada dirinya sendiri bahwa Imam Bukhari tidak akan memasukkan sanad kecuali dengan rijal atau perawi Hadis yang Tsiqah. Imam Bukhari juga tidak akan memasukkan sanad kecuali Imam Bukhari pernah bertemu langsung sekaligus mengetahui perihal jarh wa ta’dil dari seorang perawi tersebut. Apalagi, dalam ilmu Hadis, proses talaqi atau bertemu langsung menjadi syarat utama ketersambungan sanad dalam syarat sahihnya suatu Hadis.

Proses penulisan kitab Sahih Bukhari juga membuat Imam Bukhari mencurahkan hampir seluruh waktu di tiap harinya untuk kesempurnaan kitab tersebut, tidak lain juga supaya dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Imam Bukhari harus menapaki beratus-ratus mil perjalanan untuk memastikan kebenaran Hadis yang akan beliau kumpulkan dan tulis. Imam Bukhari berkata “Saya sudah pergi ke negeri Syam, Mesir dan Jazirah sebanyak dua kali, pergi ke negeri Basrah sebanyak empat kali dan bermukim di Hijaz selama enam tahun, dan entah berapa banyak kali saya pulang pergi ke Kufah dan Baghdad. Waktu untuk istirahat juga terkuras untuk sibuk menulis. Sampai pada pengakuan para guru Imam Bukhari yang termasuk dalam ulama Mutasyaddid seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Hatim al-Razi, Qutaybah bin Sa’id, ‘Ali bin al-Madini, Abu Bakar bin Abi Syaybah, Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rahawayh bahwa kitab Sahih Bukhari adalah kitab yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya dan berada di level kedua setelah al-Qur’an sebagai kitab rujukan.

Dari kitab Shahih Bukhari inilah mulai berdatangan murid-murid Imam Bukhari untuk belajar langsung kepada beliau. Di antara murid-murid Imam Bukhari yang terkenal yaitu Imam Muslim, al-Nasai dan al-Tirmidzi. Kemudian kitab Sahih Bukhari ini dituliskan penjelasan lengkapnya dalam beberapa karya kitab. Di antaranya sekitar ada 8 kitab yaitu, kitab A’lam al-Sunan, kitab Syarh pertama yang ditulis oleh al-Khattabi, kitab Fath al-Bari yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, kitab Syarh Sahih al-Bukhari li Ibni Batthal, kitab Kawakib al-Durari karangan Imam Kirmani, kitab Umdah al-Qari karangan Badr al-Din al-Aini, kitab al-Tawsiah ‘ala al-Jami’ al-Sahih yang ditulis oleh Imam Suyuthi, Isryad al-Sari karangan al-Qasthalani dan kitab Faidhu al-Bari karangan Anwar Syah al-Kashmiri.