Ketika Imam Ghozali Dicap Kafir dan Sesat

Ketika Imam Ghozali Dicap Kafir dan Sesat

Label kafir dan sesat juga pernah ditimpakan ke Imam Ghozali

Ketika Imam Ghozali Dicap Kafir dan Sesat

Imam Ghozali pernah dicap kafir dan sesat, begini kisahnya bermula karena permusuhan antar kelompok di kalangan umat manusia, termasuk dalam masyarakat Islam hampir selalu ada pada setiap zaman dan segala ruang. Banyak alasan mengapa ia terjadi. Ada perebutan kuasa, ada kecemburuan atas kenikmatan, ada karena idelogi yang berbeda, ada karena keterbatasan pengetahuan dan sebagainya.

Tokoh-tokoh besar yang menjadi pemimpin komunitas tak luput dari tuduhan sesat, kafir, munafik dan seterusnya. Caci maki dan kata-kata kasar berhamburan ditujukan kepada mereka ini. Para pengikutnya juga mengalami hal yang sama. Pada umumnya atau yang sering terjadi adalah serangan kelompok konservatif tekstualis ketat terhadapk kritis-progresif.

Ini pernyataan Imam al-Ghazali (w.1111 M), dalam bukunya: Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam wa al-Zandaqah”.

Sahabat, aku melihatmu sedang dirundung gelisah, berduka dan pikiranmu kacau. Ini gara-gara engkau mendengar caci-maki orang-orang itu terhadap pikiran-pikiranku yang aku tulis dalam sejumlah buku. Mereka menyatakan bahwa pikiran-pikiran dan pendapat-pendapatku bertentangan dengan pandangan al-Salaf al-Shalih (generasi awal yang saleh) dan para guru ilmu Kalam.

Sahabat yang sedang dirundung duka lara. Engkau tak perlu bersedih hati. Bersabarlah atas ucapan-ucapan cemooh mereka yang menyakitkanmu itu. Tinggalkan melayani mereka secara baik-baik. Anggap saja itu angin lalu. Tak usah juga dipusingkan oleh mereka yang tak mengerti tentang apa yang sesungguhnya makna ‘kafir’ dan “bid’ah” (sesat) itu?.

Manusia paling baik dan paling terhormat di muka bumi, Nabi Muhammad saw, utusan Tuhan, tak luput dari caci maki dan tuduhan semacam itu oleh beberapa orang keluarganya, teman-temannya, kaumnya sendiri yang tak paham. Nabi disebutnya sebagai “orang gila” (majnun). Ucapan-ucapan orang paling mulia itu dianggap mereka sebagai “dongeng” dan “mitos” dan cerita legenda belaka. Tak usah engkau menyibukkan diri melayani dan membungkam mulut mereka yang tak paham itu. Tak ada gunanya. Teriakan apapun terhadap mereka tak akan menggoyahkan pendirian mereka. Bukankah anda pernah mendengar puisi ini :

كل العداوات قد ترجى سلامتها
إلا عداوة من عاداك من حسد

“Semua permusuhan dapat diharapkan penyelesaiannya, kecuali permusuhan orang yang dengki kepadamu”.