Kebaikan zikir sejatinya kembali kepada diri seorang hamba itu sendiri. Sebab zikir merupakan asupan jiwa. Karena itu seseorang yang tidak berzikir, jiwa dan hatinya selayaknya orang yang mati.
Sebagaimana dikatakan dalam kitab shahih Bukhari, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-As’ary bahwa Nabi Muhammad Saw pernah bersabda
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Artinya; Perumpamaan orang yang berzikir mengingatnya dan orang yang tidak berzikir mengingatnya sama dengan orang yang hidup dan orang yang mati. (HR. Bukhari & Muslim)
Imam Nawawi dalam Al-Azkar menerangkan bahwa hadis di atas menerangkan tentang keutamaan zikir mengingat Allah Swt. Dimana perbandingan antara yang berzikir dan tidak, seperti orang hidup dan mati. Menurut para ulama. Menurut para ulama maksud mati disini adalah matinya hati dan jiwa seseorang yang lalai dari zikir mengingat Allah.
Makna hadis di atas selaras dengan firman Allah dalam QS. Al-An’am ayat 122, berikut;
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?(QS. al-An’am; 122)
Dalam ayat ini orang kafir diumpakan seperti orang meninggal dan orang mukmin seperti orang hidup. Adapun orang muslim yang belum tersentuh hidayah Allah keadaanya sama halnya seperti orang yang mati, sebab penglihatan hatinya mati bagai terkubur kegelapan.
Karena itu agar hati kembali hidup, maka ia harus diberikan cahaya ilahi dengan memperbanyak zikir; tasbih, tahmid, istighfar dan lain sebagainya.
Selengkapnya, klik di sini