Ketika Setan dan Pencuri Berbeda Pendapat

Ketika Setan dan Pencuri Berbeda Pendapat

Ketika Setan dan Pencuri Berbeda Pendapat

Konon, hiduplah seorang sufi ahli ibadah. Saking salehnya, sehingga satu setan selalu membuntuti ke manapun dia pergi, ingin sekali menggodanya. Pada suatu hari, sang sufi memperoleh seekor sapi perah hasil dari dia berdagang. Sapi itu kemudian dia giring dari pasar hewan menuju ke rumah. Dalam perjalanan, si setan berpapasan dengan seorang pencuri yang juga membuntuti sang sufi. Si setan ingin menculik sang sufi, sementara si pencuri mengincar sapi perahnya.

“Siapa kamu?” hardik setan kepada si pencuri.

“Aku pencuri yang ingin mencuri sapi dari tangan sang sufi. Sebentar lagi gelap, sang sufi pasti akan tidur. Saat itulah aku akan mengambil sapi perahnya.” Jelas si pencuri.

“Memangnya kamu siapa?” si pencuri bertanya balik.

“Aku ini setan. Sudah lama si sufi aku buntuti. Nanti ketika dia sedang tidur, dia akan aku culik, aku bawa kabur ke tempat maksiat.” Kata setan.

Merasa sama-sama berkepentingan, mereka berdua terus membuntuti sampai sang sufi sampai di rumahnya. Hari sudah gelap, mereka mengamati rumah sang sufi dari kejauhan. Tampak sang sufi mengikat sapinya di kandang, dan sejurus kemudian sang sufi masuk untuk beribadah, dan pergi ke kamarnya tidur.

Si setan dan pencuri masih mengamati, memastikan sang sufi benar-benar tertidur. Ketika sang sufi sudah benar-benar tertidur, mereka bermusyawarah. ini penting, menyangkut urusan siapa dulu yang harus dieksekusi. Apakah si setan yang ingin menculik sang sufi, atau si pencuri yang ingin menggondol sapi perah.

Tapi kemudian mereka berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang bekerja terlebih dahulu.

“Aku kasih tahu ya, kalau kamu menggondol sapinya dulu, sapinya pasti akan melenguh, dan membangunkan si empunya. Kalau nanti si sufi terbangun, dia akan berteriak minta tolong ke tetangga-tetangganya. Orang-orang akan berkumpul, dan kalau ramai mustahil aku bisa menculik si sufi. Maka baiknya kamu tunggu aku menculik si sufi dulu, baru nanti sapinya tinggal kamu bawa. Gampang sekali bukan?” Si setan mempresentasikan rencananya kepada si pencuri.

Si pencuri khawatir, kalau nanti setan mulai beroperasi, sang sufi bisa-bisa terbangun. Kalau sudah bangun, gagal sudah rencana menggondol sapi perah. Maka si pencuri tidak setuju, dan balik protes kepada setan. “Oh tidak bisa, ya tetap aku dulu yang mengambil sapinya. Asal sapinya sudah ada di tanganmu, si sufi dan sisanya itu urusanmu. Aku tidak ikut campur.”

Mereka terus berdebat dan saling tidak mau kalah. Lama-lama mereka saling ngotot dan bertengkar. Si pencuri kesal, menganggap si setan mengganggu rencananya. Akhirnya si pencuri berteriak, “Wahai sufi, ini ada setan yang mau menculikmu. Bangunlah! Jangan mau diculik sama setan!”

Mendengar si pencuri berteriak, setan jengkel dan membalas teriakan si pencuri dengan teriakan juga, “Wahai sufi, ini lho ada pencuri yang mau mencuri sapi perahmu! Bangun! Jangan sampai sapimu hilang!”

Lama kelamaan mereka berbalas teriakan sampai gaduh. Akhirnya sang sufi terbangun, tetangga-tetangganya juga bangun karena mendengar orang bertengkar tengah malam. Sang sufi dan para tetangganya berbondong-bondong mencari sumber keributan itu. Sadar rencana mereka gagal akibat ulah sendiri, dua makhluk jahat ini lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu, dengan rencana yang sia-sia.

Baca juga kisah-kisah menarik lainnya di Islami.co di tautan ini!