Ketika Seorang Anak Sembuh dari Lumpuh Sebab Berkah Para Perampok

Ketika Seorang Anak Sembuh dari Lumpuh Sebab Berkah Para Perampok

Ketika Seorang Anak Sembuh dari Lumpuh Sebab Berkah Para Perampok
Foto: Shutterstock

Gerombolan perampok, malam itu, mulai berangkat untuk mencari mangsa. Sesampainya di suatu wilayah, mereka ingin beristirahat. Mereka mencoba menumpang ke rumah seseorang (sebut saja Fulan). Fulan ini memiliki anak yang lumpuh, tidak bisa jalan.

Agar misinumpang tidur mereka di-ACC Fulan, para perampok ini menutupi identitasnyaMereka mengaku sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan perang di jalan Allah. Oleh Fulan, berkat kebohongan itu, mereka pun diizinkan tidur di rumahnya.

Disinggahi para pejuang Islam”, Fulan sangat bahagia. Ia menjamu mereka dengan sangat serius. Fulan melayani mereka dengan istimewa. Apa yang dilakukannya semata karena ia memandang itu adalah sebuah ibadah. Fulan ingin ngalap berkah kepada mereka, berharap anaknya yang lumpuh itu bisa sembuh dan berjalan normal.

Ketika mereka selesai minum, Fulan sengaja mengambil air sisa minum milik mereka untuk dimanfaatkan  sebagai obat. Setelah itu, ia mendatangi istrinya dan berkata, Wahai istriku, ini adalah air sisa para pejuang Islam itu. Usapkan ini ke seluruh tubuh anak kita. Semoga Allah memberikan kesembuhan kepadanya bibaratihim”. Sang istri pun melakukannya. Bi idznillah, anak itu sembuh total.

Keyakinan Fulan terhadap para perampok itu membuatnya mendapatkan anugerah dari Allah.Terlepas kenyataan bahwa apa yang diyakininya sebenarnya keliru.

Dalam konteks kekinian, kita bisa ambil contoh, percaya kepada ulama.

Adalah sebuah keniscayaan bahwa terjadi silang pendapat di antara mereka dalam beberapakasus (kecenderungan politik, praktik keagamaan, cara dakwah, dan lainnya). Kita jelas tidak bisa mengetahui secara pasti apa yang melatarbelakangi perbedaan itu, bisa berdasarkan niatyang baik atau sebaliknya.  Hanya Allah dan para ulama itu yang mengetahui.

Kewajiban kita sebagai kaum awam adalah percaya dan taat kepada mereka. Katakanlah kitaikut ulama dan kawan kita ikut ulama B. Keyakinan kita dan kawan kita kepada ulama-ulama itu tetap akan dinilai Allah sebagai suatu kebaikan manakala memang dilandasi niat yang tulus ikhlas.

Urusan latar belakang dari prilaku/gerakan para ulama itu biarlah menjadi urusan merekasendiri denganNya. Allah Maha Adil. Dia akan membalas perbuatan siapapun seadil-adilnya. Ada yang berkata, Ulama itu belum tentu selamat. Namun jika ikut ulama pasti akanselamat

(Maksudnya, para ulama itu tidak akan selamat jika ilmu dan pengaruh mereka digunakanuntuk kepentingan dunia/menipu umat, misalnya, melakukan politisasi dalil-dalil agama. Berbeda dengan kaum awam yang mengikuti para ulama itu yang justru akan selamat. Hal inikarena yang diketahui orang awam hanyalah taat kepada mereka, tidak lebih)

Keyakinan dan baik sangka Fulan kepada para perampok itu ternyata tidak saja menjadiberkah untuk kesembuhan anaknya, namun juga kepada para perampok.

Saat pagi tiba, para perampok itu pamit melanjutkan perjalanan. Mereka pergi ke suatu daerah untuk mengambil harta orang-orang di sana secara zalim. Setelah mendapatkannya, merekapun pulang dan mampir lagi ke rumah Fulan untuk ikut bermalam untuk kedua kalinya.

Sesampainya di rumah Fulan, mereka kaget luar biasa melihat anak Fulan yang dilihatnya lumpuh tempo hari kini bisa berjalan normal. Karena masih tidak percaya dengan apa yang dilihat, mereka mengklarifikasinya langsung kepada Fulan, Apa benar ini adalah anak yang kemarin lumpuh itu?”

Iya,” jawab Fulan.

Ia menambahkan, Kemaren aku sengaja mengambil air sisa dari kalian dan mengusapkannya ke tubuh anak ini. Dengan berkah dari kalian, Allah memberikankesembuhan. Alhamdulillah.”

Mereka kaget dengan penjelasan Fulan. Mereka akhirnya mengaku siapa sebenarnya mereka, yakni gerombolan perampok. Mereka juga mengatakan, “Allah memberikan kesembuhan kepada anakmu, semata-mata karena niat Anda yang tulus dan baik”.

Atas kejadian itu, para perampok itu akhirnya bertaubat dan menjadi pejuang Islamsungguhan selamanya, sampai ajal menjemput. Alhamdulillah.

Sumber:

al-Qalyubi, Ahmad Shihabuddin bin Salamah. al-Nawadir. Jeddah: al-Haramain, n.d.