Jalaluddin As-Suyuthi (1445-1505) termasuk salah seorang ulama besar pada akhir masa pertengahan. Kemauannya sangat kuat, ilmunya sangat luas dan peninggalannya sangat banyak. Dia mulai mengarang dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan pada saat berusia 17 tahun.
Jalaluddin lahir setelah waktu Magrib pada malam Ahad di daerah Al-Asyuth, atau juga dikenal dengan “As-Suyuth”. Nama lengkapnya Abdur Rahman bin Kamaluddidn Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin Abu Bakar bin Fakhruddin Utsman bin Nashiruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin Abu Ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Syekh Hammamuddin Al-Hammam bin Al-Kamal bin Nashiruddin Al-Mishri Al-Khudhairi Al-Asyuthi Ath-Thalani Asy-Syafi’i.
Nasab keluarganya bersambung kepada keluarga Persia, yang pindah ke Mesir di distrik Khudairiyah, sebelah timur Baghdad, dan kemudian bermukim di daerah Al-Asyuth, sebelum kelahirannya. Namun, ada keterangan lain yang menyebutkan bahwa ayahnya berdarah Arab.
Allah menganugerahkan kepadanya kemudahan untuk meraih ilmu sejak kecil, kecerdasan di atas rata-rata, dengan lingkungan yang kondusif. Dia hidup di lingkungan keluarga yang kental nuansa ilmiahnya. Sewaktu kecil, ayahnya pernah membawanya ke majelis Syekh Muhamamd Al-Majdzub dan memperoleh doa keberkahan darinya. Dia juga sempat diajak ke majelis Al-Hafizh Ibnu Hajar dan mendapatkan rekomendasi periwayatan umum (ijazah) darinya.
Ketika meninggal dunia, pada saat usianya 60 tahun dia meninggalkan tidak kurang dari 300 buku dan tulisan-tulisan kecil. Dua puluh tiga diantara karangannya dalam bidang tafsir, 95 buah dalam bidang hadits, 21 dalam bidang bahasa, 35 dalam bidang ilmu-ilmu Arab, 21 dalam bidang tasawuf 50 buku dalam bidang sejarah dan sastra dan lain-lain. Besar hasil karyanya masih ada hingga saat ini oleh sebab itu As-Suyuthi termasuk salah seorang penulis yang paling produktif yang dikenal oleh manusia.
Walaupun dia tidak mengkhususkan diri dalam salah satu bidang ilmu pengetahuan dan walaupun kebanyakan bukunya hanya merupakan kumpulan himpunan dan nukilan pendapat para pendahulunya, pemikiran dan pendapatnya hanya dalam beberapa paragraf yang mendahului atau mengakhiri pembahasannya, sejumlah bukunya tetap dikategorikan sebagai buku yang paling utama dalam judul yang digarapnya.
Diantara buku-buku itu ialah sebagai berikut: Al-Muzhir fi ‘Ulum al-Lughah, salah satu buku terpentingnya dalam bidang bahasa. Satu-satunya judul yang unik. Walaupun dia kerap kali mengutip pendapat para pendahulunya dalam buku ini dia mengemukakan berbagai informasi penting yang dinukilnya dari para tokoh yang karangan-karangannya telah hilang.
Dalam buku ini As-Suyuthi membahas lafal-lafal dalam bahasa, asal mula kata, kebenaran kata, cara mengetahui kata-kata yang fasih, yang lemah, yang tidak terpakai, kata-kata jadian, kata-kata yang diharapkan spesifikasi bahasa dan sumbernya, ungkapan yang hakiki dan kiasan, model kata dan derivatnya, hubungan antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa lain dan lain-lain.
Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, salah satu buku yang paling bagus dalam kajian Al-Quran yang sangat kaya dan mencakup berbagai bidang. Dalam buku ini, dia mengumpulkan masalah-masalah dan dalil-dalilnya dari Al-Quran dan hadis yang tidak hanya diambil dari satu buku. Dia merujuk kepada ratusan buku yang nama-namanya disebutkan dalam Muqaddimah buku itu.
Dia memulai pembahasannya dengan ayat-ayat madaniyah dan Makiyah, nasikh dan mansukh, asbabun nuzul, macam-macam qiraat, tata cara membawa Al-Quran dan menjaganya, kosakata Al-Quran dan contoh-contohnya, pengetahuan para ahli tafsir, penulisan Al-Quran, penamaan surah, pengurutan surah dan ayat ayatnya dan lain-lain yang jumlahnya melebihi 100 bab.
Husn al-Muhadharah fi Akhbar Mishr wa al-Qahirah. Memuat pembahasan tentang informasi mengenai Mesir pada zaman Firaun hingga zaman Al-Suyuti. Pembahasannya dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang berkenaan dengan Mesir, kemudian sejarah ayat Al-Quran dan hadis yang berkenaan dengan Mesir kemudian sejarah Firaun sesuai dengan pengetahuannya yang diperoleh dari pengetahuan yang menyebar pada zamannya.
Lalu penaklukan bangsa Arab dan percampuran antara bangsa Mesir dan Arab di bawah bendera Islam, dengan menyebutkan para utusan yang dikirim ke Mesir. Setelah itu ia menyebutkan tokoh-tokoh mazhab, ahli sejarah, penyair, dokter dan lain-lain. Bahkan ia memberikan sedikit ulasan mengenai kehidupan mereka, pemerintahan yang berdiri di Mesir, adat istiadat bangsa Mesir, musim dan hari raya mereka dan lain-lain.
Sebagian orang seperti ahli sejarah al-Sakhawi, menuduhnya membuat plagiat atas buku-buku yang ada di perpustakaan Al-Mahmudiyah kemudian dia mengakuinya sebagai karangannya setelah mengadakan perubahan di sana sini. Alasan tuduhan tersebut tidak lain karena memang sebagian besar isi karya As-Suyuthi adalah nukilan dari ulama terdahulu. Bukan pemikirannya yang asli. Akan tetapi apapun tuduhannya, nama baiknya tidak bisa tercemar dengan serangan ini. Orang-orang masih tetap memujinya hingga zaman kita sekarang ini karena dia berjasa menukilkan pendapat para ulama sebelumnya yang belum pernah kita dengar.
Wallahu A’lam.