Statistika, sebagai suatu disiplin ilmu, menyediakan kerangka kerja untuk memahami data melalui teori dasar yang bernama teori probabilitas, yang mengukur ketidakpastian. Hampir semua penerapan alat analisa statistika menggunakan teori probabilitas sebagai bahan dasar filosifnya. Kuantifikasi ini sangat penting karena memungkinkan dilakukannya penilaian risiko dan pengambilan keputusan yang tepat ketika terdapat informasi yang tidak lengkap.
Konsep ketidakpastian yang melekat dalam model probabilistik ini banyak digunakan oleh para ahli statistik untuk memprediksi hasil dan menyimpulkan kesimpulan dari data. Model-model ini dibangun di atas landasan teori probabilitas, yang merupakan representasi matematis dari ketidakpastian. Probabilitas dapat diartikan dengan berbagai cara, seperti frekuensi terjadinya suatu peristiwa atau tingkat keyakinan akan terjadinya suatu peristiwa yang sedang maupun yang akan terjadi.
Sifat dasar manusia yang selalu penasaran dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian membuat ilmu statistik samakin menemukan momentumnya. Setiap keputasan yang diambil hari ini akan menentukan apa yang akan terjadi di masa depan, dan dengan separangkat ilmu statistika mampu memperkecil setiap resiko dari setiap keputusan yang diambil.
Dengan demikian ketika di masa depan manusia semakin sering menggunakan ilmu statistika dan ilmu pengetahuan lain dalam berbagai bidang apakah akan semakin memperkecil campur tangan Tuhan dalam kehidupan umat manusia? Pertanyaan yang sungguh menarik untuk dikaji.
Gagasan tentang ketuhanan selalu berlandaskan tentang sifat kekuatan yang lebih tinggi serta hubungannya dengan berbagai kejadian di alam semesta, yang dapat mencakup pertimbangan nasib dan takdir. Dalam banyak tradisi agama, akibat dari suatu peristiwa dikaitkan dengan kehendak atau rencana Tuhan, sehingga menimbulkan dimensi ketidakpastian yang berbeda—sesuatu yang tidak mudah diukur dengan metode statistik.
Di satu sisi, metodologi statistik dan probabilitas yang ketat menawarkan alat untuk memahami dan menavigasi ketidakpastian. Di sisi lain, konsep ketuhanan menantang batas-batas dari apa yang dapat diketahui dan diukur, menunjukkan bahwa mungkin ada aspek-aspek realitas yang berada di luar jangkauan penyelidikan empiris. Ketegangan antara yang dapat diukur dan yang tidak dapat diukur, yang diketahui dan yang tidak diketahui, merupakan tema sentral dalam pencarian pemahaman manusia.
Perdebatan antara berbagai aliran pemikiran dalam statistik, sebagai contoh perbedaan antara pendekatan frequentist dan Bayesian. Para penganut paham frequentist menafsirkan probabilitas secara ketat dalam kaitannya dengan frekuensi peristiwa jangka panjang, sedangkan penganut Bayesian menggabungkan keyakinan-keyakinan sebelumnya dan memperbarui keyakinan-keyakinan ini seiring dengan tersedianya data baru. Kedua pendekatan tersebut berupaya mengukur ketidakpastian namun melakukannya dengan cara yang berbeda secara fundamental, yang mencerminkan asumsi filosofis yang mendasarinya.
Akhirnya eksplorasi tentang ketidakpastian merupakan bukti keinginan manusia untuk memahami dunia, mencari jawaban atas beberapa pertanyaan paling mendalam yang telah memikat para pemikir sepanjang sejarah. Baik melalui kacamata analisis statistik atau refleksi teologis, pencarian pengetahuan di tengah ketidakpastian adalah ciri khas pengalaman manusia. Ini adalah upaya yang mengakui batas-batas pemahaman kita sambil terus berupaya untuk terus mendorong sampai batas-batas yang belum terpetakan, didorong oleh rasa ingin tahu, alasan, dan, mungkin, rasa takjub terhadap misteri yang masih berada di luar jangkauan kita.
AN