Jika ditanya, “Siapa istri Nabi Muhammad SAW yang paling cerdas?” Jawabannya adalah Aisyah. Kecerdasan Aisyah sangat diakui oleh para sahabat nabi, bahkan para Khulafaur Rasyidin pun turut mengakuinya. Bukti pintarnya istri Rasul ini bisa dilacak dalam salah satu karya Badruddin al-Zarkasyi yang berjudul al-Ijabah li Iradi ma Istadrakathu Aisyah alas Shahabah.
Suatu hari Zaid bin Tsabit sedang bercerita kepada para sahabat yang lain. Tema yang sedang dibahas saat itu adalah mandi setelah keluar mani, baik setelah berhubungan suami istri atau karena mimpi. Para sahabat yang lain pun antusias mendengar percakapan antara Zaid dengan sahabat yang lain. Tibalah pada suatu ketika Zaid mengucapkan penjelasan yang kurang masuk akal bagi para sahabat yang lain.
“Kalian tidak diwajibkan mandi setelah berhubungan suami istri dan kalian tidak keluar mani. Kalian hanya perlu membersihkan kemaluan kalian dan wudhu sebelum melakukan shalat,” jelas Zaid bin Tsabit. Pernyataan Zaid ini bisa dilacak juga dalam Musykilul Atsar karya at-Thahawi.
Mendengar pernyataan Zaid yang dianggap aneh tersebut, seorang sahabat melapor kepada Umar bin Khattab. Umar marah mendengar penjelasan yang nyeleneh itu. Ia meminta sahabat yang melapor tadi agar menghadirkan Ziad ke hadapannya.
“Pergilah, lakukan apapun untuk membawa dia ke hadapanku,” gagas Umar dengan teriakan galaknya.
Zaid pun didatangkan di tempat Umar. Saat itu di samping Umar ada beberapa sahabat lain yang menemani. Di antaranya, ada Muadz bin Jabal dan Ali bin Abi Thalib. Zaid pun diminta klarifikasinya.
“Demi Allah, aku tidak membuat-buat hal yang baru. Aku mendengar pernyataan seperti itu dari beberapa pamanku, Rifaah bin Rafi’ dan Abu Ayyub al-Anshari,” jelas Zaid bin Tsabit.
Mendengar klarifikasi Zaid, Umar kemudian bertanya kepada para sahabat lain di sampingnya. Namun jawaban mereka beragam.
“Wahai hamba Allah SWT, kalian ini para sahabat ahl badr yang terpilih, namun kalian masih saja berbeda pendapat mengenai hal ini,” ucap Umar.
Dengan situasi perbedaan yang cukup runcing tersebut, sahabat lain kemudian berfikir. Ali bin Abi Thalib memutar memorinya, melacak nama-nama sahabat lain yang lebih otoritatif berpendapat tentang hal ini.
Memori Ali menemukan jawabannya. Ada beberapa nama sahabat nabi yang layak dimintai pendapat. Namun ia lebih condong kepada para istri Rasul. Ali pun mengusulkan agar meminta pendapat para istri Rasul. Mengapa harus istri Rasul? karena mereka lah yang mengetahui pasti kehidupan pribadi Rasul SAW.
“Mintalah pendapat kepada para Istri Rasul. Jika mereka mengetahui suatu hal, mereka akan menyampaikannya kepada kita,” ucap Ali.
Mereka pun bergegas menemui istri Rasul. Orang pertama yang dituju adalah Hafsah, namun sayang, Hafsah tidak mengetahui hal itu. Mereka pun berpindah menuju kediaman Aisyah. Aisyah mengungkapkan,
إذا جاوز الختان الختان فقد وجب الغسل
“Jika salah satu kemaluan bertemu kemaluan yang lain, maka sudah diwajibkan mandi.”
Pendapat Aisyah ini pastinya bertentangan dengan pendapat Zaid sebelumnya. Sehingga menurut Aisyah, walaupun tidak keluar mani sedangkan sudah berhubungan suami istri, maka tetap diwajibkan mandi.
Dalam riwayat lain disebutkan dengan iltiqa’ (pertemuan dua kemaluan). Menurut Izzuddin ibn Abdissalam, yang dimaksud kata jawaza dan iltiqa ini bukan sekedar saling bersentuhan antara kemaluan, tetapi berhubungan seksual secara sempurna.
Begitulah Aisyah, istri Rasulullah yang paling cerdas dan jadi rujukan oleh para sahabat lain. Bukti kecerdasan Aisyah dalam kasus ini, ia menengahi perbedaan dan perselisihan pendapat antar sahabat. Oleh karena itu, tidak seharusnya dan tidak layak untuk meremehkan kemampuan perempuan. Islam mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. (AN)
Wallahu a’lam.