Haritsah bin al-Nu’man adalah anak dari al-Nu’man bin Nafi’, buah pernikahannya dengan Ja’dah binti ‘Ubaid bin Tsa’labah. Tidak ditemukan data mengenai kapan persisnya Haritsah bin al-Nu’man lahir, namun yang jelas ia lahir di Yatsrib (Madinah). Ini berarti, ia adalah golongan Anshar yang menyambut kedatangan saudaranya dari Mekkah (kaum Muhajirin).
Haritsah adalah kuturun Bani al-Najjar, salah satu kabilah terbesar suku Khazraj yang tinggal di sekitar masjid Nabawi, bahkan masjid tersebut dibangun di atas tanah milik mereka. Julukan (laqab)-nya adalah Abu Abdillah.
Haritsah dikenal di antara sahabat-sahabat Nabi yang paling berbakti kepada ibunya (abarru bu ummihi). Nabi Saw. pernah bersabda mengenai dirinya, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat beberapa surga dan Haritsah akan berada di surga Firdaus yang tertinggi.”
Haritsah bin al-Nu’man termasuk salah satu dari sekian sahabat Nabi Saw. yang kedermawanannya tidak diragukan lagi. Ia banyak berjasa dalam penyebaran Islam dan juga dalam kehidupan Rasulullah. Ia dikenal sebagai sayyid al-kurama’ al-ajwad (pemimpin orang-orang yang murah hati lagi dermawan) dan ajwad al-nas (orang yang paling dermawan).
Di antara kedermawanannya adalah bahwa ia pernah menghibahkan salah satu rumahnya untuk sayyidah Fathimah, juga pernah memberi satu rumah sebagai hadiah atas pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan sayyidah Fathimah.
Ali bin Abi Thalib juga pernah membangun sebuah rumah di luar halaman masjid, tetapi sayyidah Fathimah ingin tinggal dekat dengan ayahnya. Maka dengan gembira Haritsah memberikan rumah tersebut kepada Fathimah
Pada mulanya, Fathimah, putri Rasulullah tinggal agak jauh dari rumah beliau. Suatu ketika, Rasulullah bersabda, “Aku ingin kamu tinggal dekat denganku.” Fathimah mengusulkan, “Rumah Haritsah adalah rumah yang terdekat dengan rumah ayah. Katakanlah kepadanya agar ia mau bertukar tempat tinggal denganku.”
Rasulullah menimpali, “Sebelumnya, kita sudah bertukar tempat dengannya. Sekarang aku malu mengatakannya.” Ketika Haritsah mengetahui hal itu, ia langsung menemui Rasulullah dan berkata, “Rasulullah, saya mengetahui bahwa anda menginginkan tempat tinggal anda lebih dekat dengan Fathimah. Dan inilah rumahku. Tidak ada rumah yang lebih dekat daripada rumah ini. Terserah anda ya Rasulallah, mana yang anda sukai tukarlah. Rasulullah, diriku dan hartaku ini milik Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah, demi Allah, jika ada harta yang anda ambil dari hartaku, itu lebih aku sukai daripada harta yang ada padaku.” Sabda Rasulullah, “Bagus”. Lalu Rasulullah mendo’akan keberkahan kepada Haritsah dan bertukar rumah dengannya.
Kedermawanan Haritsah tersebut tidak pernah putus. Meski ia sudah tidak lagi bisa melihat (buta), ia sempatkan membuat keranjang dari daun kurma (miktal) kemudian digantungkan di pintu kamar mushallanya. Keranjang tersebut berisi beberapa buah kurma yang sengaja disiapkan untuk orang miskin yang membutuhkannya. Ketika ada orang miskin datang ke rumahnya, Haritsah mengambil keranjang tersebut lalu memberikan beberapa buah kurma kepadanya. Keluarganya ingin sekali mengambil alih kebiasaan baiknya, namun ia menolaknya seraya berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Memberi sedekah kepada orang miskin akan menunda kematian yang mengerikan.’”
Selain dermawan, Haritsah bin al-Nu’man juga terkenal dengan kebaikannya; ringan tangan dan suka membantu siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Rumahnya sering dijadikan tempat transit para sahabat, dan beberapa kali ia memberikan rumah-rumahnya untuk keluarga Rasulullah Saw. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw. berada di rumah Abu Ayyub di Madinah, Rasulullah menyuruh Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’ pergi ke Mekkah untuk menjemput kedua putri beliau, yaitu Fathimah dan Ummu Kultsum, istri beliau Saudah binti Zam’ah, Usamah bin Zaid dan ibunya, serta Ummu Aiman. Dalam tugas tersebut, mereka dibekali uang sebanyak 500 dirham dan 2 unta, dan dalam rombongan tersebut ikut juga keluarga Abu Bakar, yaitu Abdullah bin Abu Bakar dan Aisyah. Setelah tiba di Madinah, mereka menempati rumah Haritsah bin al-Nu’man.