Hazim al-Hanafi dikenal sebagai seorang hamba yang ahli dzikir dan majdub (orang-orang terpilih yang sengaja menyembunyikan kewaliannya dengan bertingkah di luar kebiasaan orang pada umumnya). Konon, di kepalanya terdapat bekas luka.
Sebagaimana dikisahkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’ karya Abu Nu’aim al-Asfahani, apabila Hazim al-Hanafi berdzikir kepada Allah SWT dan di sampingnya terdapat tembok, maka dia akan membenturkan kepalanya ke tembok tersebut. Yang demikian itu lalu menyebabkan kepalanya berdarah dan robek.
Malahan, sewaktu Khalid bin as-Safar sedang bersama Sulaim al-Muqri, ada seorang laki-laki yang mendatangi Sulaim lalu membacakan Al-Qur’an kepadanya. Sulaim yang melihat hal tersebut langsung berkata, “sebaiknya kita pergi dari sini, karena Hazim berada di sisi tembok, jangan sampai dia mendengar bacaan Al-Qur’an. Karena jika dia sampai mendengar bacaan Al-Qur’an, maka dia akan membenturkan kepalanya ke tembok.”
Kisah lainnya, sebagaimana diceritakan oleh Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, yang mengambil cerita dari Abu Umamah atau Hazim al-Hanafi, mengabarkan bahwa Abu Umamah adalah orang yang gemar bersedekah. Dia tidak pernah memunggungi orang yang meminta, dan selalu memberi walau hanya satu bawang putih, satu butir kurma, atau apapun yang bisa dimakan.
Pada suatu hari, ada seorang pengemis yang datang menemuinya, sedangkan waktu itu Hazim memiliki banyak kebutuhan dan dia hanya mempunyai tiga dinar saja. Lalu pengemis itu meminta kepadanya, Hazim pun memberinya satu dinar. Kemudian datang lagi pengemis lain. Lantas dia pun memberinya satu dinar. Kemudian datang lagi pengemis yang lain. Dan, seperti bisa diduga, dia pun memberinya satu dinar. Walhasil, uang tiga dinar yang dimilikinya tersebut habis.
Istrinya yang mengetahui hal tersebut pun marah dan berkata, “mengapa tidak engkau sisakan untuk kami sedikit pun?”
Mendapat omelan dari sang istri, Hazim justru memilih tidur. Padahal waktu sembahyang Dzuhur tinggal menunggu menit. Saat adzan Dzuhur berkumandang, istrinya pun membangunkan. Sontak, Hazim bangun dan langsung berwudhu lalu pergi ke masjid.
Pada saat itu, Hazim juga sedang berpuasa, sehingga sang istri merasa kasihan. Sang istri yang tidak memegang uang sepersen pun, karena semuanya sudah diberikan kepada pengemis, pada akhirnya berhutang. Ia kemudian menyiapkan makan malam, dan menyalakan lampu dan pergi ke tempat tidur sang suami untuk mengantarkan makanan kepadanya.
Sesampainya di tempat tidur, ternyata terdapat sejumlah dinar. Sang istri pun langsung menghitungnya dan ternyata jumlahnya adalah sebanyak 300 dinar.
Sang istri kemudian berkata, “tidaklah dia melakukan apa yang telah dia lakukan, kecuali dia mempercayai apa yang telah dia tinggalkan.”
Tak lama kemudian, Hazim al-Hanafi kembali dari masjid setelah shalat isya’. Saat Hazim melihat hidangan dan lampu yang menyala, dia pun tersenyum dan berkata, “ini adalah kebaikan dari sisi-Nya.”
Sang istri kemudian berdiri di arah kepalanya, hingga dia selesai makan. Lalu sang istri berkata kepadanya, “semoga Allah Swt merahmatimu, engkau meninggalkan nafkkah ini dengan tercecer dan engkau tidak mengabarkan kepadaku, maka aku merapihkannya.”
Mendapat perkataan dari sang istri seperti itu, Hazim lalu berkata, “nafkah apa? Aku tidak meninggalkan apapun.”
Sang istri kemudian mengangkat tempat tidurnya. Hazim yang melihat hal tersebut pun gembira dan merasa sangat takjub. Sang istri kemudian berdiri dan memotong tali ikat pinggangnya dan memberikan kepadanya.
Istri Hazim al-Hanafi adalah sosok perempuan yang mengajar Al-Qur’an di Masjid Himsh. Selain itu, dia juga mengajar hadis plus ilmu faraidh kepada para wanita dan memberikan pemahaman keagamaan kepada mereka.
Ala kulli hal, lewat kisah di atas kita bisa mengerti bahwa salah satu bukti sedekah dapat mendatangkan rizki kepada kita itu ternyata benar adanya, entah itu akan berwujud uang, selamat dari musibah, ataupun yang lainnya. Wallahu a’lam