Jangan Mengagungkan ‘Kutukan’

Jangan Mengagungkan ‘Kutukan’

Jangan Mengagungkan ‘Kutukan’

Kutukan diambil dari kata dasar kutuk, tapi bukan nama ikan yang hidup di perairan dekat sawah (ikan gabus). Kutukan ini dikaitkan dengan kekalahan Timnas Jerman di babak penyisihan, bernasib sama seperti juara piala dunia lainnya yang angkat koper lebih dulu.

Anggapan semacam ini pernah ada di masa silam berkenaan dengan nama Syawal, bulan kita merayakan hari raya.

وقيل بل سُمّي كذلك في موسم كانت الإبل تشول بأذنابها أي ترفعها. لذلك كانت العرب في الجاهلية تكره فيه الزواج لما فيه من معنى الإشالة والرفع

Disebutkan bahwa istilah Syawal diambil dari musim unta mengangkat ekornya (saat musim kawin sebagai bentuk unta betina tidak mau kawin dengan unta pejantan). Oleh karena itu bangsa Arab di masa jahiliah tidak senang melakukan pernikahan di bulan Syawal, karena ada makna sesuatu yang naik.

Namun setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam diutus, beliau menghapus mitos itu dan justru Rasulullah melakukan pernikahan di bulan Syawal:

ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ، ﻗﺎﻟﺖ: «ﺗﺰﻭﺟﻨﻲ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺷﻮاﻝ، ﻭﺑﻨﻰ ﺑﻲ ﻓﻲ ﺷﻮاﻝ، ﻓﺄﻱ ﻧﺴﺎء ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﻈﻰ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﻨﻲ؟

Aisyah berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menikahi ku di bulan Syawal, berkumpul dengan ku juga di bulan Syawal. Siapakah dari istri-istri Nabi yang paling dekat dengan beliau dibanding denganku? (HR Muslim)

Maka, jangan kaitkan kutukan, kesialan, apes dan sebagainya dengan kejadian tertentu, hari tertentu atau apapun saja. Sebab tidak ada yang memberi manfaat atau mudarat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.