Seorang teman datang untuk curhat. Wajahnya tampak lesu seperti menyimpan gelisah. Lalu bercerita dengan suara lirih dan tersendat-sendat, tentang hari esok yang tak pasti, terutama rizkinya. Ada sejumlah orang di rumah yang saban hari menunggunya: isteri dan anak-anaknya.
Aku hanya bilang : keadaan psikologi cemas akan esok itu dialami banyak sekali orang di bumi ini, termasuk aku. Bukan hanya untuk alasan rizki, tetapi juga untuk alasan akan hilangnya kenikmatan hidup, ditinggal kekasih, pensiun, tua dan kematian.
Jika aku mengalami situasi sepertimu, aku segera ingat puisi Imam al-Syafi’i. Beliau menulis :
سهرت أعين ونامت عيون
في أمور تكون أو لا تكون
فادرأ الهم ما استطعت عن النفس
فحملانك الهموم جنون
إن ربا كفاك بالأمس ما كان
سيكفيك في غد ما يكون
Sementara berpasang mata telah larut dalam mimpi, matamu terus terjaga
Mencemaskan apa yang sedang dan akan terjadi atau tak terjadi
Palingkan hatimu sekuat kau bisa dari cemas yang menyergap dan mengguncang jiwamu
(Ingat) Kemarin Tuhan mencukupimu dengan apa yang sudah diberikan
(Yakinlah) Dia niscaya akan menjamin untuk esokmu apa yang akan diberikan-Nya esok.
Lalu ada pula kata-kata ini :
اذا لم تعرف عنوان رزقك فلا تخف. لأن رزقك يعرف عنوانك. فإذا لم تصل إليه. فهو حتما سيصل إليك
Jika engkau tidak tau dimana alamat rizkimu, janganlah kawatir berlebihan, karena rizkimu tahu dimana alamatmu. Jika engkau tidak sampai kepadanya, percayalah dia akan sampai kepadamu.