Pada umumnya masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan suka berkumpul. Falsafah Jawa mengatakan mangan ora mangan sing penting kumpul yang jika diterjemahkan menjadi makan tidak makan yang penting kumpul. Meski ada saja ancaman lockdown, berkumpul dan berkomunikasi tatap muka menjadi kearifan lokal dari modal sosial masyarakat Indonesia dalam keseharian. Lantas, di tengah wabah corona, ketika masyarakat dibatasi kontak fisiknya dan diminta #dirumahaja, apakah modal sosial masyarakat Indonesia menjadi hilang?
Modal sosial menurut Francis Fukuyama (2002) adalah nilai atau norma informal pada suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadi kerjasama di antara mereka. Masih menurut Fukuyama, modal sosial dipengaruhi oleh tiga unsur: Kepercayaan yang memupuk solidaritas untuk mentaati aturan, resiprokal (timbal balik) yang dilihat dari saling memberi dan menerima; serta interaksi sosial yang dibangun secara tatap muka atau online.
Dari ketiga unsur yang membangun modal sosial tersebut, hanya tatap muka yang hilang sementara di masyarakat Indonesia. Meskipun terkesan menjadi soliter, rupanya masyarakat Indonesia tetap solider. Hal ini bisa terlihat dari berbagai inisiatif masyarakat untuk saling menjaga di tengah wabah corona.
Pertama, patut disyukuri bahwa banyak inisiatif masyarakat Indonesia melakukan penggalangan dana untuk memberikan bantuan kepada sesama warga yang membutuhkan. Penggalangan dana tersebut nantinya disalurkan dalam bentuk keperluan medis maupun kebutuhan sembako bagi masyarakat menengah ke bawah di sektor informal. Sebut saja penggalangan dana yang diinisiasi oleh Najwa Shihab dengan melakukan KONSER MUSIK #DIRUMAHAJA. Alissa Wahid dan jaringan Gusdurian mengkampanyekan donasi untuk membantu ekonomi warga di saat sulit lewat tagline #Salingjaga. Keduanya menggunakan media online sebagai cara interaksi sosial sekaligus bergotong-royong mengumpulkan dana.
Dua contoh tersebut hanya sedikit dari banyaknya inisiatif penggalangan dana dengan unsur resiprokal yang kuat. Rasa simpati dan empati mendorong masyarakat dengan berbagai latarbelakang untuk tolong menolong bersolidaritas memberikan bantuan dana sehingga yang membutuhkan bisa menerima bantuan. Aksi tolong menolong ini tentu membawa berbagai keutamaan, terutama bagi umat Islam. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.”
Kedua, modal sosial masyarakat Indonesia mendorong adanya keberanian untuk mengambil langkah berbeda dari pemerintah pusat. Ketika pemerintah pusat mengambil kebijakan sebatas physical distancing, beberapa masyarakat memutuskan lockdown lokal. Lockdown lokal bertujuan untuk membatasi akses keluar masuk orang luar daerah yang dikhawatirkan membawa bibit virus corona.
Lima dusun di Kecamatan Pakem, Sleman dan Kota Tegal berinisiatif menerapkan lockdown lokal. Ini merupakan suara masyarakat di daerah yang apabila berjalan masif dimungkinkan berpengaruh pada kebijakan pusat secara bottom-up. Rasa saling percaya masyarakat dusun di Pakem Sleman dan Tegal yang membuat mereka secara sukarela mentaati aturan lockdown. Ekonomi yang terancam terhenti sebagai dampak lockdown lokal membuat adanya inisiatif saling memberi dari Walikota Tegal dan seluruh anggota legislatif untuk mengumpulkan dana dan merancang skema bantuan sosial.
Kedua aksi masyarakat tersebut adalah contoh modal sosial yang tetap kuat di tengah wabah corona. Meskipun mengubah sementara kebiasaan masyarakat yang biasanya senang berkumpul, tetapi rasa percaya, upaya saling memberi menerima, dan interaksi sosial tetap tertanam dan tumbuh dengan cara lain. Menyempurnakan kebijakan pemerintah pusat, modal sosial masyarakat Indonesia ini bisa menambal apa yang sebenarnya dibutuhkan tetapi luput dilakukan. Tentu sambil mendoakan pemerintah pusat semakin baik merespon wabah ini dengan kebijakan.
Kembali pada ungkapan awal penulis, masyarakat Indonesia sementara soliter dengan tetap solider. Modal sosial masyarakat Indonesia adalah kekuatan bangsa untuk menghadapi dan mencari solusi dari tantangan corona, di tengah keterbatasan penanganan tenaga medis dan pemerintah.
Baca juga: Virus Corona dan Mereka yang Bergelut dengan Maut atau tulisan menarik lainnya tentang Corona di tautan ini