Suatu hari Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, “Siapa yang di antara kalian yang ingin mengambil kalimat-kalimat dariku lalu ia amalkan atau mengajarkan orang yang mau mengamalkannya?”
“Saya, wahai Rasulullah!”sahut seseorang dari dari tengah majelis.
Siapakah orang itu? Dialah Abu Hurairah, salah seorang sahabat Rasulullah yang sangat semangat mencari hadis hadis. Makanya tidak heran jika Abu Hurairah merupakan sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Disebutkan bahwa jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurarirah mencapai 5.000 lebih hadits.
Abu Hurairah juga merupakan sahabat Rasulullah yang pernah dinasihati oleh Rasulullah. Nasihat-nasihat tersebut menjadi modal bagi Abu Hurairah dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Rasulullah lalu mendekati Abu Hurairah dan memegang tangannya. Kemudian beliau memberikan lima nasihat kepadanya.
Pertama, wahai Abu Hurairah, jauhilah hal-hal yang haram niscaya engkau menjadi orang yang paling taat beribadah kepada Allah.
Untuk menjadi orang yang paling taat kepada Allah tenyata bisa dengan cara meninggalkan keharaman. Kenapa bisa demikian? Karena apabila sesuatu yang haram dilakukan maka akan membuat hati seorang hamba dipenuhi dengan titik-titik hitam dan akhirnya berubah menjadi warna hitam dan kelam. Ketika hati sudah hitam dan kelam, maka berat bagi seorang hamba untuk beribadah. Sebaliknya, apabila seorang hamba menjahi maksiat, maka hatinya akan bersih dan mudah melaksanakan segala perintah Allah SWT.
Kedua, wahai Abu Hurairah, terimalah apa yang ditentukan oleh Allah untukmu, maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya.
Disinilah seorang hamba harus selalu bersifat qana’ah. Qana’ah dalam arti mensyukuri dan menerima apa yang diberikan oleh Allah SWT. Semakin bersyukur seorang hamba kepada pemberian Allah SWT, maka semakin besar cinta Allah SWT kepada dirinya.
Ketiga, wahai Abu Hurairah, Berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka engkau akan menjadi mukmin sejati.
Setiap muslim hendaknya menyadari bahwa peran tetangga sangat berpengaruh pada kehidupan sosialnya. Seorang muslim yang baik tentunya dia akan disenangi dan diperhatikan oleh tetangga sekitarnya. Sebaliknya, orang yang selalu menyakiti hati tetangganya, maka hidupnya akan selalu penuh dengan kesusahan. Saat menghadapi kesulitan tak ada seorang pun yang membantunya.
Keempat, wahai Abu Hurairah, cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, maka kamu akan menjadi seorang muslim.
Mencintai orang seperti mencintai diri sendiri butuh usaha yang keras. Apalagi jika orang dicintai di kemudian hari ternyata kerjanya selalu mengunjing. Orang yang biasanya tidak bisa menahan emosi, akan membalas gunjingan tersebut dengan hal yang sama, bahkan bisa jadi lebih parah dari itu. Namun seorang muslim yang baik dan tidak terbawa emosi, justru akan menasihati orang menggunjingnya dengan perkataan yang baik sambil mengajaknya untuk tidak mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti hati orang lain.
Kelima, wahai Abu Hurairah, janganlah banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati.
Tertawa terbahak-bahak di zaman sekarang dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Dengan alasan bahwa tertawa itu sehat. Tertawa memang tidak tidak dilarang, tapi jika sudah berlebihan apalagi sampai menertawakan orang lain, maka hal itulah yang menjadi penyebab matinya hati seseorang. Dan jika hati seseorang sudah mati, maka lisannnya akan kering dari berzikir kepada Allah SWT.