Tradisi pengetahuan Timur dan Barat, bagi sebagian orang, ditamsilkan seperti minyak dan air. Kedua tradisi pengetahuan ini kerapkali dipertentangan. Barat memiliki metode keilmuwan tersendiri, yang dikenal dengan rasionalisme dan empirisme. Berbeda halnya dengan Timur, yang masih menggunakan irfani sebagai sebuah metode keilmuwan. Keduanya adalah dua hal yang berbeda dan punya metode tersendiri.
Namun, pandangan itu tidak berlaku di tangan Ibnu Rusyd. Di tangganya corak keilmuwan Barat dan Timur mencair. Ia merupakan salah satu ilmuwan Islam, yang mampu menjembatani hubungan Timur dan Barat. Lewat karyanya, Barat dan Timur bisa didialogkan dan berinteraksi satu sama lain.
Thomas Aquinas, pemikir Kristen, filosof, ahli teologi yang terpengaruh dengan cara pemikiran Ibnu Rusyd. Begitu juga dengan pemikir Yahudi, Gersonides dan Maimonides terpengaruh pada tulisan Ibnu Rusyd, terlebih terkait komentar dan tafsirnya terhadap karya-karya Aristoteles. Dalam tradisi keilmuwan Filsafat, Ibnu Rusyd merupakan pengagum berat Aristoteles. Bahkan ia dikenal sebagai komentator sekaligus juru bicara Aristoteles dalam dunia Islam.
Sebagai penganut, rasionalitas, yang digali dari filsafat Aristoteles, ia mampu memberikan dampak yang luas bagi Barat dan Eropa. Rasionalitas yang ia junjung, mampu memberikan semangat berpikir kritis bagi yang membaca karya-karya, sehingga membebaskan Eropa dari kungkungan gereja. Kefasihannya dalam mengomentari dan mentafsirkan karya Aristoteles, melahirkan kembali daya berpikir masyarakat Eropa yang telah lama diamputasi gereja.
Ibnu Rusyd (1126-1198 M) atau populer di Barat dengan nama Averroes, ulama dan ilmuwan muslim asal Qurthubah (Cordoba, sekarang masuk wilayah Spanyol). Lahir dan besar dalam keluarga besar intelektual, dan pakar dalam persoalan hukum. Ayah dan kakeknya, merupakan ketua Pengadilan di Andalusia.
Begitupun Ibnu Rusyd, seorang yang pakar dalam pelbagai bidang. Ia adalah ahli filsafat dan masyhur dalam persoalan hukum Islam (fikih). Kitabnya yang populer, Bidayatu al-Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid. Profesor Dr. Herry Purnomo, Filsafat Sains, Intelektualisme, dan Riset untuk Perubahan, mengisahkan pada tahun 1182 Ibnu Rusyd ditunjuk sebagai qadhi di Cordoba oleh khalifah Abu Yaqub Yusuf.
Selain menguasai literatur fikih, Ibnu Rusyd juga pakar dalam ilmu sains. Masa mudanya diisi dengan mempelajari matematika, kimia, fisika, astronomi, geografi dan logika di di Cordova. Ia juga belajar ilmu medis pada Abu Ja’far Harun At Tirjali, dan juga menimpa ilmu kedokteran pada Abu Marwan bin Jarbul al-Balansi.
Menurut sejarawan Abi Ushaiba’ah, dalam kitab Tarikh al Hukama, Ibnu Rusyd merupakan sosok yang pakar dalam bidang fiqih dan kedokteran. Dalam belajar ilmu kedokteran dan sains, termasuk anotomi tubuh, dengan Marwan bin Zuhr, keduanya memiliki pergaulan yang sangat baik. Pada Ja’far bin Harun dalam waktu yang cukup lama ia juga menimba ilmu kedokteran. Kedua orang tersebut memberikan sumbangsih yang besar bagi hidupnya, sehingga mampu menguasai ilmu kesehatan secara paripurna.
Sebab kemahirannya dalam bidang kedokteran, Ibnu Ruysd sempat menjadi dokter istana. Ia ditunjuk dan diberikan jabatan sebagai dokter pribadi Sultan Abu Ya’kub Yusuf di Istana Marakesyi tahun 1182 M. Jabatan itu ia emban, setelah gurunya Ibnu Tufail (yang juga dokter istana) menginjak usia senja, sehingga di Ibnu Rusyd kemudian menggantikan jabatan tersebut.
Sebagai seorang yang mengkaji bidang fikih, kalam, filsafat, dan juga kedokteran, Ibnu Rusyd banyak melahirkan karya yang hingga kini masih dibaca dan dipelajari di perguruan tinggi Barat dan Timur. Berdasarkan pendapat Ermest Renan (1823-1892), seorang filosof dari Perancis menyebutkan, Ibnu Ruysd menulis sekitar 78 judul dalam ragam bidang keilmuwan. Sebanyak 39 judul buku ia tulis dalam bidang filsafat. Sebanyak 8 karya tentang fikih. 2 buku tentang gramatika Bahasa Arab.
Dalam bidang ilmu sains, Ibnu Ruysd termasuk ilmuwan yang melahirkan banyak karya. Ia menulis 5 buku tentang ilmu alam. Selanjutnya 4 buku kaitannya dengan astronomi dan matematika. Dalam bidang kedokteran, ia menulis 20 judul buku. Dalam ilmu kesehatan, buku-buku tersebut hingga kini masih menjadi rujukan di pelbagai universitas terkemuka.
Pada sisi lain, menurut Renant, karya Ibnu Rusyd lebih banyak dari yang disebutkan di atas. Pasalnya, banyak sekali karyanya yang hilang dan dibakar. Hal itu tak terlepas dari nasib malangnya, yang pernah dipenjara oleh Sultan Abu Ya’kub Yusuf. Ia dijebloskan ke penjara, disebabkan fitnah dari fuqoha. Dalam situasi politik ketika itu yang tak stabil, sehingga muncul gosip, bahwa Ibnu Rusyd menghina khalifah Abu ya’qub. Isu fitnah itu membuat dirinya diasingkan, dan karyanya dibakar.
Salah satu karya Ibnu Rusyd dalam kedokteran yang hingga masih eksis adalah kitab Al Kulliyat fi Ath Thibb (Studi Lengkap tentang Kedokteran). Kitab ini sebanyak 7 jilid, hingga jadi referensi dan buku wajib di universitas terkemuka di Eropa. Lebih jauh lagi, buku telah telah dicermahkan ke lebih dari 10 bahasa di dunia; Inggris, Spanyol, Latin, Mandarin, dan Ibrani.
Kitab Kulliyyat Ath Thibb termasuk ensiklopedi dalam bidang kedokteran. Kitab ini secara lengkap menjelaskan metode pengobatan pelbagai macam penyakit manusia. Dalam kitab ini juga dituliskan pelbagai anatomi tubuh manusia, yang bisa menyebabkan munculnya penyakit, cara mengantisipasinya. Buku ini juga menjelaskan pelbagai gejala awal penyakit yang timbul pada manusia.
Pada sisi lain, ada juga kitab-kitab Ibnu Rusyd yang juga menjadi rujukan utama di kampus ternama seperti Oxford University dan Fakultas Kedokteran Universitas Sourborn Paris, yakni kita Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi Ath Thibb. Kitab ini banyak terinspirasi dari metode pengobatan Ibnu Sina dalam kitab Ath Thibb. Kemudian, apa yang ditulis Ibnu Sina sebelumnya, disempurnakan oleh Averros menjadi suatu pengobatan modern, khususnya dalam bidang kedokteran.
Ada juga kitab Maqalah fi At Tiryaq, Nasha’ih fi Amr Al Ishal (kitab ini berisi tentang penyakit yang ada dalam lambung. Yang erat kaitannya dengan penyakit perut dan Mmencret). Selanjutnya ada kitab Ibnu Ruysd juga yang telah dialih bahasakan ke dalam Latin dan Inggris berjudul Mas’alah fi Nawaib Al Humma. Kitab terakhir ini erat kaitannya dengan penyakit dalam, yang banyak dialami manusia, seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan hati.
Ibnu Rusyd memang tergolong manusia jenius, ia bukan saja menulis tentang kedokteran, karyanya dalam bidang astronomi juga masih bisa kita temui. Kitab Maqalah fi Harkah Al Jirm As Samawi—Buku ini menjelaskan tentang gerakan meteor diangkasa. Kemudian ada juga karyanya yang berjudul Kalam ‘ala Ru’yah Jirm Ats Tsabitah. Kitab ini banyak menjelaskan terkait melihat meteor yang tetap tak bergerak.