Guru Besar UIN Jakarta Dorong Anak Muda Muslim Belajar Sains

Guru Besar UIN Jakarta Dorong Anak Muda Muslim Belajar Sains

Dalam Islam, terdapat pelbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang memotivasi umat manusia untuk belajar dan meneliti terkait fenomena Alam.  Guru Besar Antropologi Kesehatan UIN Jakarta, Profesor Rusmin Tumanggor, menjelaskan bahwa agama itu seyogianya menjadi dasar pengkajian kehidupan dunia natural dan supernatural.

Guru Besar UIN Jakarta Dorong Anak Muda Muslim Belajar Sains
UIN Jakarta

Ibnu Batutah (1304-1369) merupakan penjelajah bumi yang terbesar.  Ibnu batutah  melanglang buana menjelajahi dunia, jauh sebelum Christopher Columbus menemukan Benua Amerika, dan Vasco da Gama menjelajahi dunia. Dalam buku Rihla—yang popular dengan Jouney; creative Travelogue—, selama tiga puluh tahun ia mengunjungi pelbagai daerah yang tersebar dari Timur dan Barat, Selatan sampai Utara, baik masyarakat muslim dan non muslim.

Menurut data dari para sejarawan, perjalanan yang ditempuh Ibnu Batutah, sekitar 120.000 KM (75.000 mili). Yang dilakukan pada abad ke14. Dokumentasi geografi yang ditulis dan digambarkan Ibnu Batutah terbilang bernilai tinggi. Dalam lawatannya ke pelbagai negara, ia menemukan kemajuan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, dan juga dalam teknologi. Pun ia menggambarkan sosiologis masyarakat.

Jauh sebelumnya, pada era dinasti Abbasiyah. Peradaban Islam telah terbentuk. Kepemimpinan al-Ma’mun putra dari Harun Al Rashid, dunia Islam terbilang cukup maju dan pesat. Khalifah al-Ma’mun adalah orang yang tergila-gila pada dunia Pendidikan. Peradaban Islam di bidang keilmuan,  mencapai pusat keemasannya dan harum seantero dunia, pada masa kepemimpinannya.

Khalifah tergila-gila pada dunia filsafat. Era Khalifah al-Ma’mun, penerjemahan buku filsafat Yunani dan Babilonia digalakkan dalam bahasa Arab. Bahkan ia mendirikan Baitul Hikmah—pusat penerjemahan—, yang diisi oleh orang yang muslim dan non muslim. Di era itu juga terdapat perpustakaan besar yang berpusat di Bagdad. Yang dalamnya terdapat pelbagai lintas pengetahuan; sains, astronomi, hingga ilmu humaniora.

Pada era terdahulu banyak lahir ilmuwan muslim, mulai dari sosok Ilmu Sina yang pakar dalam ilmu kedokteran. Ada nama Al Khawarizmi, yang pakar dalam bidang Fisika. Pun juga ada sosok Al Battani, yang pakar dalam bidang matematika dan astronomi. Pun seabrek ilmuwan muslim lain, yang pakar dalam sains.

Namun pada mutakhir menjelaskan keadaan yang terbalik. Kini, dan beberapa abad sebelumnya, ilmu sains dikuasai oleh orang-orang non Islam. Negara Eropa dan mayoritas negara yang non muslim yang menguasai ilmu sains.  Hal ini berdampak pada kemunduran perkembangan keilmuan sains di kalangan muslim dan menurunnya minat belajar pada ilmu sains.

Hal itu terlihat dalam dalam survei kualitas pendidikan yang keluarkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), bahwa peringkat minat belajar sains Indonesia berada menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Artinya, dalam survei ini, Indonesia berada diperingkat terbawah dalam minta pada belajar sains.

Tentu saja fenomena ini sangat mengherankan. Pasalnya, dalam Islam, terdapat pelbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang memotivasi umat manusia untuk belajar dan meneliti terkait fenomena Alam.  Guru Besar Antropologi Kesehatan UIN Jakarta, Profesor Rusmin Tumanggor, menjelaskan bahwa agama itu seyogianya menjadi dasar pengkajian kehidupan dunia natural dan supernatural.

“Dan ketika mengkaji natural tetap juga ada dasarnya di syariat. Tentang apa yang dianjurkan, apa yang dilarang semuanya ada di dalam Al-Qur’an itu sendiri,” kata Profesor Rusmin, Kamis (5/8).

Al-Qur’an sebagai wahyu, yang bersumber dari Allah, dalam pelbagai ayatnya tersebar informasi  tentang  alam  semesta. Yang ada di bumi dan di langit, Al-Qur’an menjelaskan banyak sekali fenomena matahari,  bulan  dan  bumi.  Dalam Al-Qur’an, setidaknya ada 20  ayat  yang  membicarakan tentang matahari. Pun terdapat 463 ayat, yang menjelaskan term bumi. Lebih lagi, setidaknya ada 5  ayat, tentang bulan.

Itu semua adalah fenomena alam yang disuruh diperhatikan manusia. Keterangan ini, kata Profesor Rusmin, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an, surat Yunus ayat 101:

قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Perhatikanlah apa saja yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah berguna tanda-tanda (kebesaran Allah) dan peringatan-peringatan itu (untuk menghindarkan azab Allah) dari kaum yang tidak beriman.”

“Itu menjadi metodologi manusia untuk menjelajahi jurusan-jurusan (ilmu) langit dan bumi,” sambungnya. Menurut pakar Antropologi Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, wilayah kajian sains adalah wilayah yang sudah diberikan rambu-rambunya dalam kitab suci Al-Qur’an. Pasalnya, dalam Islam  termaktub ayat-ayat yang mengandung semangat dan spirit sains.

Lebih lanjut, Profesor Rusmin, menyatakan kajian dan metodologi sains itu tidaklah terpisah, dari induknya yakni; Al-Qur’an dan hadis. Kendati di dalam Al-Qur’an tidak termaktub secara lengkap teori ilmu. Misalnya, tutorial membuat mobil, telpon, dan aplikasi. Ataupun dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan dengan gambang, tata cara produksi tenaga listrik dari sinar surya dan air.

Akan tetapi, Al-Qur’an memberikan spirit pada manusia. “Spirit yang isi dalam Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir,” tambanya. Pun dalam beberapa ayat yang menerangkan sedikit tentang matahari, bulan, bumi, dan tata surya. Semangat itulah yang seharusnya dicari dan dipirkan oleh manusia. Pasalnya, Allah menyuruh manusia untuk berfikir tentang alam semesta dan seisinya. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi;

لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“agar kamu mengerti”

 لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ

“agar kamu berpikir”

Menurut Profesor Rusmin, manusia yang berakal, yang disebut sebagai ahlinya itu mengembangkan pikiran tersebut. Kemudian pemahaman, penggunaan akal. “Itulah yang menjadi wilayah sains. Yang merasionalkan dan mencari metodologi sains,” kata pria yang menamatkan doktoralnya di Universitas Indonesia ini.

Memang harus diakui, bahwa hubungan sains dan agama tidaklah tunggal. Ian G. Barbour, dalam buku Issue in Science and Religion, menyebutkan setidaknya terdapat  4 pola hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, yaitu Konflik (bertentangan), Independen (masingmasing berdiri sendiri-sendiri), Dialog (berkomunikasi) atau Integrasi (menyatu dan bersinergi).

Amin Abdullah dalam Mendialogkan Nalar Agama Dan Sains Modern Di Tengah Pandemi Covid-19, menyebutkan bahwa dealnya hubungan antara sains dan agama adalah dialog, dan jauh lebih baik jika dapat berbentuk Integrasi.

Pasalnya, jika  hubungan sains dan agama yang dibangun berdasarkan corak Konflik dan Independen, maka yang terjadi adalah tidak nyaman untuk menjalani kehidupan yang semakin kompleks. Lebih jauh lagi, hubungan yang tidak harmonis dalam sains dan agama, akan banyak resiko dan menjebak. “Sains dan teknologi dibutuhkan di dunia, dengan catatan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia,” jelasnya ketika menjelaskan urgensi sains era saat ini.

Tips Belajar Sains Untuk Anak Muda

Lebih jauh lagi, penulis Masalah-masalah sosial budaya dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia, inipun membagikan tips untuk anak muda agar semangat belajar sains. Beliau juga mendorong anak muda muslim agar belajar sains. Karena, manfaat sains dan agama merupakan suatu keniscayaan di era modern ini.

Adapun tips agar anak muda belajar sains  sebagai berikut. Pertama, anak muda harus paham bahwa mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Dalam pelbagai literatur Al-Qur’an dan hadis Nabi banyak sekali membicarakan tentang manfaat dan kewajiban belajar ilmu pengetahuan.

Di antara ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai keutamaan menuntut ilmu adalah surah al-Maidah [5]: 11 berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu; Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; Berdirilah kamu,  maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Adapun hadis-hadis Nabi SAW yang menjelaskan keutamaan dan kewajiban menuntut ilmu sebagaimana hadis riwayat Ibn ‘Abd al-Bar, Nabi SAW bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

 “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan.”

Kedua, dalam pepatah Arab disebutkan bahwa pemuda yang baik adalah yang mau menuntut ilmu dan bertakwa. Pun ada juga pepatah yang lain yang mengatakan bahwa pemuda yang hebat adalah bukan yang mengatakan ini bapak saya tapi yang mengatakan inilah saya.

“Untuk menuntut ilmu, berbakti pada orang tua, berbakti pada negara. Itulah hendaknya yang menjadi dasar anak muda untuk semangat menuntut ilmu,”tambahnya.

Pasalnya, terdapat pepatah Arab yang mengatakan bahwa keuntungan dan urgensitas ilmu pengetahuan dalam Islam. Dalam pepatah tersebut dijelaskan bahwa kemuliaan seorang itu salah satunya disebabkan ilmu pengetahuan yang dia miliki.

حَيَاةُ الْفَتَى وَاللهِ بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى #  إِذَا لَمْ يَكُوْنَا لَا اعْتِبَارَ لِذَاتـِهِ

“Hidupnya seseorang itu –demi Allah- ditentukan oleh ilmu dan takwa

Jika keduanya sudah tak ada, maka tak ada lagi harga dirinya”

“Jadi yang dimaksud ya ilmu apa saja. Ilmu tentang kehidupan di bumi, ilmu kehidupan akhirat dia tuntut baik-baik itulah ciri muslim yang baik. Betul-betul menjadi generasi yang akan mempertahankan agama dan kesempurnaan bernegara”  kata Profesor Rusmin disela-sela obrolan setelah memberikan materi dalam acara FGD Permasalahan Syariah; Pengawasan Ruqyah Syariyah Oleh Negara di  Jakarta kamis (4/8) .

Selanjutnya, menurut guru besar Antropologi kesehatan ini, sains dan teknologi dibutuhkan di dunia, dengan catatan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Misalnya, telepon dan handphone itu membantu manusia untuk berkomunikasi. Begitu juga dengan pesawat terbang, itu memudahkan manusia dalam transportasi. Semua kemudahan berkat sains.

“Akan tetapi penting diingat bahwa sains jangan diarahkan pada hal negatif. Jika diarahkan pada hal yang buruk, akan menimbulkan bencana yang bagi umat manusia,” tutupnya.