Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kelebihan maupun kekurangan di dalam dirinya, begitu juga sering melakukan kesalahan yang sangat berarti, sehingga membawa dampak buruk baginya maupun kepada orang lain. Kadangkala perasaan bersalah ini menjadikan beban di pikiran, dan hati selalu menjadi gundah gulana.
Realita dimasyarakat saat ini, banyak mantan koruptor, preman, pekerja seks komersil (PSK), atau siapa saja yang telah berbuat kejahatan yang mengaku dirinya sudah insyaf atau bertaubat, namun prilakunya masih seperti sebelumnya. Sehingga menimbulkan pertanyaan, apa sih tanda-tanda diterimanya taubat seseorang?
Seorang ulama’ yang bernama Sayyid Muhammad bin Abdi al-Karim dalam kitab Mausu’ah al-Kisanzan fima Isthalaha alaihi Ahli at-Tasawuf wa al-Irfan menjelaskan setidaknya ada empat hal sebagai pertanda diterimanya taubat seseorang, yaitu:
Pertama, menjauhi segala pertemanan dengan orang yang ahli kemaksiatan atau berbuat kejahatan agar tak terhindar dari kebiasaan sebelumnya, serta bergaul dengan orang yang shaleh (baik prilaku kehidupannya dengan menjalankan segala perintah Tuhannya, dan juga baik dengan sesama).
Kedua, menjauhi segala perbuatan yang menjurus ke dalam dosa dengan bekal ilmu dan ketaatan sehingga kesalahannya ini terhapus dengan sendirinya, dengan perbuatan baiknya.
Ketiga, mencoba mengesampingkan kesenangan duniawi dengan mengambil secukupnya agar tak terlena dan selalu merasakan, membayangkan kesusahan di akhirat sehingga menjadi motivasi agar lebih hati-hati dalam melangkah.
Keempat, menggunakan segala anugerah rizki baik harta, tahta, untuk sarana dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan sehingga membawa keberkahan dalam hidupnya.
Dari keterangan di atas menjadi jelas bahwa orang yang mengaku sudah bertaubat harus mengarahkan dirinya untuk selalu berbuat kebaikan dengan didasari ilmu pengetahuan yang cukup, serta membangun tali silaturrahmi dengan orang yang membangun semangat untuk kemajuan dirinya, keluarganya, sehingga taubatnya benar-benar diterima oleh Allah yang Maha Kuasa, karena kesalahan seseorang berawal dari ketidaktahuan, maka penting bagi orang sudah taubat untuk selalu menghadiri majelis ta’lim agar selalu tercerahkan langkah hidupnya, sehingga kehidupannya semakin terarah.