Pawai Bendera Israel Penuh Provokasi, Teriak Bunuh Warga Arab

Pawai Bendera Israel Penuh Provokasi, Teriak Bunuh Warga Arab

Jubelan massa pawai yang mengibarkan bendera Israel meneriakkan slogan-slogan anti-Arab dan melakukan kekerasan.

Pawai Bendera Israel Penuh Provokasi, Teriak Bunuh Warga Arab

Beberapa hari lalu jubelan warga Israel, terutama dari kelompok nasionalis, melakukan pawai bendera (Jerusalem Day Flag). 

Sayang sekali, mereka bukan cuma memperingati hari perayaan Israel atas peristiwa perebutan Yerusalem selama perang Arab-Israel 1967, tetapi juga memprovokasi warga sekitar, terutama yang ditujukan kepada orang-orang Palestina. 

Berkumpul di luar Gerbang Damaskus Kota Tua sebelum berjalan menuju Tembok Barat melalui kawasan Muslim, kerumunan massa yang mengibarkan bendera Israel itu meneriakkan slogan-slogan anti-Arab.

Toko-toko Palestina di sepanjang rute prosesi dikabarkan tutup sementara waktu. Petugas kepolisian setempat juga diberitakan turut mengerahkan personilnya untuk mengawal aksi.    

Namun beberapa saat kemudian, Polisi mengumumkan penangkapan terhadap 18 orang, termasuk lima orang simpatisan karena menyerang jurnalis.

Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan ratusan pemuda mengamuk di kawasan Muslim bahkan sebelum acara dimulai. Mereka meneriakkan “Death to Arab” dan menyerang warga Palestina serta orang lain. 

Yang lebih mengejutkan, salah satu jurnalis Haaretz bernama Nir Hasson termasuk yang tak luput dari serangan tersebut. 

Pawai Penuh Tegangan

Pawai bendera ini selalu menegangkan, tetapi ketegangan menjadi lebih tinggi tahun ini karena perang di Gaza. 

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, turut serta dalam pawai tersebut. Katanya, ini adalah pesan kepada Hamas bahwa “Yerusalem adalah milik kita.” 

“Dengan bantuan Tuhan, kemenangan penuh adalah milik kita,” tambahnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel “dikelilingi oleh musuh” seperti 57 tahun yang lalu. 

“Mereka berpikir untuk mencekik kita, menghapus kita dari peta. Tapi kita adalah bangsa sepuh, bangsa pejuang dan pemberani. Kita bangkit bersama dan kita membela diri,” katanya dalam pertemuan khusus untuk memperingati Hari Yerusalem. 

“Kita juga melakukan hal yang sama hari ini melawan Hamas di selatan, Hezbollah di utara, dan Iran di timur,” tambahnya lagi seperti dikutip BBC.

Di lain pihak, pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengutuk apa yang dia sebut sebagai “amukan pemukim” di Yerusalem. “Rakyat kami tidak akan beristirahat sampai penjajahan berakhir,” katanya. 

Indonesia Mengecam 

Indonesia juga mengecam serbuan tersebut ketika Pawai Bendera atau perayaan Flag March.

“Tindakan ini provokatif dan menyakiti perasaan umat Muslim sedunia,” kata Kementerian Luar Negeri RI melalui X pada Kamis malam.

Dalam pernyataannya, Kemlu RI menegaskan bahwa semua pelanggaran dan kekerasan yang dilakukan oleh Israel, termasuk di Jalur Gaza, harus segera dihentikan.

Sebagai informasi, Yerusalem dengan situs-situs suci besar bagi Muslim, Yahudi, dan Kristen, berada di pusat konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Israel menduduki bagian timur kota yang sebelumnya dikuasai Yordania pada tahun 1967, dan secara efektif mencaploknya pada tahun 1980 dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar negara, menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. 

Para pemimpin Palestina ingin Yerusalem Timur, tempat dan rumah bagi sekitar 350.000 warga Palestina dan 230.000 pemukim Israel, menjadi ibu kota negara Palestina merdeka di masa depan.

Pada hari pawai bendera Israel pada tahun 2021, Hamas menembakkan roket ke Yerusalem, memicu perang di Gaza yang berlangsung selama 11 hari. 

Adapun perang saat ini dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 orang lainnya sebagai sandera.

Sejak saat itu, setidaknya 36.580 orang telah tewas di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.