Malam itu, raja Harun Al Rasyid tidak bisa tidur. Ia memejamkan mata selama beberapa menit, namun hasilnya tetap nihil. Hingga pertengahan malam, ia belum juga menguap.
Raja Harun Al Rasyid memanggil salah seorang pengawal istana. “Umumkan kepada seluruh rakyat kerajaan, barang siapa bisa membuat raja tertidur, akan diberi 10 karung koin emas!” kata raja Harun Al Rasyid.
Pengawal istana bergegas memberi isyarat kepada bawahannya agar bergerak cepat lantaran sejak sehabis shalat Isya sampai waktu menunjukan pada separuh malam, hujan gerimis belum juga berhenti.
Tak lama berselang datanglah dua orang peserta yang kebetulan pada malam itu tidak bisa tidur, mendengar penjelasan dari pengawal istana, keduanya berminat mengikuti sayembara.
Baca juga: Doa Orang gila untuk Harun Al Rasyid
Peserta pertama masuk ke dalam bilik kamar pribadi raja, menata posisi duduknya. Ia memulai dengan sebuah cerita “dahulu kala ada pemuda durhaka bernama Tsa`labah, kelakuan kurang ajarnya mengiris hati orang tuanya sampai menjelang wafat, Ia sakratul maut hingga berbulan-bulan, do`a Rasulullah pun tidak dikabulkan kecuali setelah dimaafkan dan diridhoi kedua orang tuanya”.
Sampai cerita habis, raja Harun Al Rasyid malah semakin sulit menguap lantaran menyimak dengan runtut alur cerita yang menyayat hati tersebut. Karena dianggap gagal, peserta pertama dipersilahkan pulang ke rumah. Di saat bersamaan, peserta kedua memasuki ruangan.
Peserta kedua duduk bersila di kursi yang sudah disediakan pengawal istana. Dengan percaya diri ia mulai mendongeng “Begitu cantik jelitanya ratu Balqis, membuat siapapun kepincut, termasuk para jin. namun sayang dibalik kesempurnaan parasnya, nabi Sulaiman AS mendengar kudu bahwa terdapat kutil kecil di betis sebelah kirinya.”
Penasaran dengan betis mulus ratu Balqis yang digosipkan ada kutilnya, raja Harun Al Rasyid semakin sulit tidur. Untuk yang kedua kalinya, peserta dipersilahkan kembali ke rumah.
Pusing tujuh keliling di alami para pengawal istana karena raja mereka tak kunjung bisa tidur. Di puncak kekesalan raja itulah Abu Nawas datang. Ia memberi hormat sambil menata posisi tempat duduknya.
Setelah dipersilahkan, Abu Nawas mulai berkisah “Baginda, Dulu ada seekor raja Semut yang kurang kerjaan. Ia masuk ke kuping sebelah kanan seorang yang sedang tidur, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi. Kemudian masuk ke kuping kiri, keluar lagi, masuk lagi, keluar lagi”.
Raja kesal mendengar kisah yang dituturkan Abu Nawas, monoton dan tidak menarik sehingga membuatnya menguap dua kali. Ia miringkan tubuhnya membelakangi Abu Nawas. Perlahan mulai mengatupkan kedua mata dan tertidur.
Pagi harinya, Abu Nawas masuk lagi ke istana dengan mengendarai kereta bendi. 10 karung diangkat ke dalam bendi satu persatu. Penjaga pintu istana geleng-geleng kepala ketika bendi keluar pintu gerbang, Abu Nawas tidur pulas di atas tumpukan karung emas dengan suara mendekur agak keras.
Kisah ini disampaikan pada saat ngaji kitab Ihya’ Ulumuddin di pondok pesantren Langitan, Widang-Tuban-Jawa timur tahun 2015, kiai Qohwanul Adib Munawwir menerangkan kecerdikan Abu Nawas dalam melihat situasi dan kondisi.