Kita bisa jadi berpikir pandemi Covid-19 akan menyebar sedemikian luas dan sangat cepat. Rasa kaget, cemas, khawatir yang seringkali diselimuti amarah kerap menghantui perasaan sebagian besar masyarakat. Covid-19 memaksa kebanyakan orang untuk berdiam diri di rumah, menghentikan pekerjaan di luar rumah untuk sementara waktu hingga pandemi ini usai. Tapi, di saat kita terlelap berada di rumah, ribuan bahkan jutaan tenaga medis sedang berjuang menyelamatkan nyawa banyak orang—termasuk nyawanya sendiri di pelbagai Rumah Sakit.
Di tengah hiruk pikuk kecemasan akan makin meningginya statistik penularan Covid-19, sebuah kanal Televisi di China bernama China Global Television Network (CGTN) merilis sebuah film dokumenter berdurasi 33 Menit berjudul “The Lockdown: One Month in Wuhan”.
Film ini menceritakan bagaimana kondisi Wuhan saat Covid-19 menginfeksi sebagian besar penduduk kota tersebut hingga pada akhirnya mereka berhasil menangani semuanya dengan baik. Lewat film ini pula, kita lebih banyak diajak menyoroti perjuangan para tenaga medis yang berada di garda terdepan dalam memerangi virus Covid-19.
Tentu saja perjuangan mereka berat. Para tenaga medis harus rela meninggalkan keluarga mereka sampai waktu yang tidak ditentukan demi berjuang melawan penularan Covid-19 lebih luas di masyarakat. Beruntungnya mereka tidak berjuang sendiri. Ada jutaan orang yang mendukung perjuangan tim medis, termasuk pemerintah dan organisasi kesehatan dunia (WHO). Tim medis juga mendapatkan apresiasi tak terhitung jumlahnya dari berbagai pihak. Hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi di Indonesia dalam beberapa kasus.
Jika kita melihat di Indonesia tentu saja kita layak untuk marah. Para pahlawan ini, di negeri ita ini, justru tim medis ini dibully dan dijauhi oleh masyarakat sekitar, bahkan hingga diusir dari kontrakan atau kost karena dianggap sebagai pembawa penyakit. Kenyataan ini sangat memilukan di benak kita. Apalagi jika mendengar kasus ditolaknya pemakaman jenazah Dokter positif Covid-19 yang wafat setelah menangani pasien Covid-19.
Nah, dokumenter ini mencoba mengingatkan itu. Hal itu terjadi sejak Kota Wuhan di Provinsi Hubei menerapkan sistem Lockdown, ketika seluruh aktivitas outdor masyarakat dihentikan. Tak hanya itu, semua aktivitas yang melibatkan keramaian ditiadakan, penjagaan ketat juga dilakukan di sekitar perumahan warga. Ini sebagai upaya mengurangi penularan Covid-19 di daerah tersebut.
Yang diperbolehkan beraktivitas di luar rumah hanya tim medis dan komunitas yang memiliki andil dalam pencegahan Covid-19, itupun, mereka tetap harus berpakaian APD lengkap sebagaimana tenaga medis di Rumah Sakit. Para relawan dari komunitas juga melakukan tes kesehatan masyarakat dengan mengunjungi rumah tiap-tiap orang, mengetuk pintu dan melakukan tes Covid-19 serta cek suhu tubuh kepada orang tersebut. Jika ternyata ada gejala Covid-19, mereka akan sesegera mungkin dibawa menuju Rumah Sakit.
Apa yang dilakukan para relawan komunitas ini patut ditiru oleh mayarakat Indonesia. Namun sayangnya, kita masih terkendala di APD dan alat cek Covid-19. Selain itu, kita juga masih terus terkendala pada kesadaran diri masyarakat. Kadang-kadang, gejala yang dirasakan seseorang mirip bahkan mungkin adalah gejala Covid-19, namun mereka enggan memeriksakan diri karena alasan-alasan tertentu. Sungguh ini adalah ancaman yang sangat berbahaya, baik bagi diri orang tersebut, juga bagi orang lain yang berinteraksi dengannya, seperti anggota keluarga dan kerabat dekatnya.
Dari film dokumenter ini, kita bisa banyak memetik pelajaran berharga dari keteguhan masyarakat China, khususnya Kota Wuhan di Provinsi Hubei. Mereka mengajarkan kita semua ikhtiar yang tak ternilai. Para tim medis mengajarkan kita sebuah pengorbanan besar. Para tim medias ini yakin bahwa setelah melewati sebuah kesulitan, mereka akan menemui kemudahan.
Tiba-tiba saya jadi teringat Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Insyirah Ayat 6 yang berbunyi “inna ma’al-‘usri yusrā (sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan)”. Setiap ada penyakit, pasti akan ada obat. Meski harus menunggu beberapa saat dan harus mengorbankan banyak orang. Tetap percayalah bahwa pertolongan Tuhan itu nyata.
Covid-19 selain menjadi ujian bagi kesehatan masyarakat, wabah ini juga menjadi ujian bagi solidaritas dan kemanusiaan dalam diri masyarakat. Di Indonesia, kita masih menemukan orang-orang yang angkuh dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Mereka yang percaya dengan pertolongan Tuhan namun mengabaikan pertolongan serta imbauan manusia.
Padahal, bisa jadi uluran-uluran tangan serta imbauan itu merupakan sarana Tuhan dalam menolong umat-Nya. Sebab, tidak mungkin Tuhan menolong manusia secara langsung, Ia pasti mengutus seseorang. Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan.
Semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan, kasih, dan pertolongan Tuhan.