Al-Junaid
“Tobat itu mempunyai tiga makna. Pertama, menyesali kesalahan; kedua, berketetapan hati untuk tidak kembali pada apa yang telah dilarang Allah Swt, dan ketiga adalah menyelesaikan/membela orang yang teraniaya, kata Al-Junayd.”
AL-JUNAYD herkunjung kepada as-Sary pada suatu hari, dia mendapatinya sedang kebingungan. Ia bertanya, “Apa yang telah terjadi atas dirimu?” As-Sary menjawab, “Aku bertemu dengan seorang pemuda, dan ia bertanya tentang tobat kepadaku. Kukatakan kepadanya ‘Tobat adalah bahwa engkau tidak melupakan dosa-dosamu.’
Lantas ia menyanggahnya dengan mengatakan, ‘Tobat adalah justru engkau benar-benar melupakan dosa-dosamu.’”
Al-Junayd mengatakan bahwa yang dikatakan oleh pemuda itulah yang benar. As-Sary bertanya kepadanya, mengapa ia mengajukan pendapat seperti itu. Al-Junayd menjawab, karena apabila aku berada dalam kondisi kering, lantas aku dipindahkan ke kondisi dingin, maka menyebut masa kering di masa dingin, adalah kekeringan itu sendiri.” Dan akhirnya as-Sary pun terdiam.
Alam Zuhud
Al-Junayd sedang duduk-duduk bersama Ruwaym, Al-Jurairy dan Ibnu Atha’. Al-Junayd berkata, “Seseorang tidak akan selamat kecuali bila berlindung secara ikhlas kepada Allah.” Allah Swt. berfirman, “Dan terhadap tiga orang yang tidak ikut serta (berjihad), hingga ketika bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah saja.
Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.s. At-Taubah: 118). Allah Swt. berfirman: “Dan Allah menyelamatkan orang orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka-mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (Q.s. Az Zumar: 61).
Al-Jurairy berkata, “Seseorang akan selamat hanya dengan tekun beribadat. Allah Swt. berfirman, ‘… (yaitu) orang orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.’ (Q.s. Ar-Ra’ad: 20).
Ibnu Atha’ menegaskan, “Seseorang tidak akan selamat kecuali dengan sikap malunya di hadapan Allah Swt.” Allah Swt. berfirman, “Tidakkah ia inengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” (Q.s. Al ‘Alaq: 14).
“Bahwasanya orang orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.” (Q.s. Al Anbiya’: 101).
Al-Junayd mengajarkan, “Zuhud adalah kekosongan hati dari sesuatu yang tangan tidak memilikinya.”
Al-Junayd berkata, “Zuhud adalah mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari kelatahan.” []
Bekerjasama dengan Cahaya Sufi pimpinan Dr. KH Lukman Hakim