Haedar Nashir: Pancasila, Agama dan Kebudayaan Tidak Boleh Dipertentangkan

Haedar Nashir: Pancasila, Agama dan Kebudayaan Tidak Boleh Dipertentangkan

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga negara tentu memiliki landasan nilai yang berbeda menurut negara masing-masing. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M. Si., kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia berlandaskan pada tiga nilai, yakni Pancasila, Agama dan Kebudayaan.

Haedar Nashir: Pancasila, Agama dan Kebudayaan Tidak Boleh Dipertentangkan
Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Haedar Nashir

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga negara tentu memiliki landasan nilai yang berbeda menurut negara masing-masing. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M. Si., kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia berlandaskan pada tiga nilai, yakni Pancasila, Agama dan Kebudayaan.

Hal tersebut beliau sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Studium Generale 2022 dengan tema “Harmoni Kehidupan Beragama untuk Merawat Indonesia” yang diselenggarakan pada Rabu (31/8) di Universitas Surabaya (UBAYA), Surabaya, Jawa Timur.

“Nilai pertama tentu Pancasila dengan lima silanya,” tutur ulama kelahiran Bandung ini.

Menurut Haedar Nashir, Pancasila itu sendiri merupakan hasil kesepakatan bersama seluruh elemen bangsa. Beliau sendiri mengungkapkan bahwa organisasi yang dipimpinnya, yakni Muhammadiyah, memiliki dokumen resmi yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara Pancasila. Yang dalam dokumen tersebut diistilahkan sebagai Darul ‘Ahdi wa as-Syahadah.

“(Darul ‘Ahdi) yakni negara yang berdasarkan konsensus kita. Dan kita juga tidak boleh keluar dari konsensus itu. Tidak cukup di situ, jadikan Indonesia sebagai Dar as-Syahadah, yakni tempat kita bersaksi, menjaga dan membangun,” jelasnya.

Nilai selanjutnya adalah Agama. Menurut Haedar Nashir, agama-agama di Indonesia telah mampu beradaptasi menjadi umat beragama yang ‘meng-Indonesia’. Bahkan, dalam sejarah Indonesia, umat beragama memiliki andil besar dalam kelahiran (re: kemerdekaan) Indonesia.

“Mengapa kami (NU-Muhammadiyah) disebut sebagai dua sayap? Itu bukan dibuat-buat. Itu merupakan representasi dari sikap keberagamaan umat di Indonesia yang secara keseluruhan memang sudah ‘meng-Indonesia’,” tandasnya.

Selain Pancasila dan Agama, nilai lainnya yang menjadi landasan adalah kebudayaan luhur. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang dianugerahi keragaman budaya yang luar biasa. Kebudayaan itu sendiri telah melekat di setiap kehidupan masyarakat. Hal-hal seperti cara berinteraksi hingga model berpakaian merupakan sedikit contoh dari kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.

“Tiga hal tadi, yakni Pancasila, Agama dan kebudayaan luhur, tidak boleh dipertentangkan. Sekali dipertentangkan, Indonesia ke depan akan sarat dengan konflik. Mengapa? Karena konflik nilai jauh lebih berat (untuk mengatasinya),” tegasnya.

Untuk mencegah terjadinya gesekan antar ketiga nilai tersebut, Haedar Nashir mendorong seluruh elemen untuk berdialog. Yakni, untuk mendiskusikan posisi Pancasila, Agama dan kebudayaan luhur, agar terus menjadi dasar nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.