Habib Jafar Jelaskan The Real Kafir dan The Real Nasionalis di Pesantren Kilat Narasi 2025

Habib Jafar Jelaskan The Real Kafir dan The Real Nasionalis di Pesantren Kilat Narasi 2025

Habib Jafar Jelaskan The Real Kafir dan The Real Nasionalis di Pesantren Kilat Narasi 2025
Habib Jafar di Pesantren Kilat Narasi

Seorang perempuan tiba-tiba mengangkat tangan saat Habib Husein Jafar al-Haddar usai menyampaikan kajiannya. Di tengah peserta yang hadir dalam salah satu sesi Pesantren Kilat Narasi, perempuan berbaju merah itu mengajukan pertanyaan yang cukup mengagetkan, “Bagaimana kalau kita diminta atasan untuk melakukan hal yang dilarang, seperti menyuap, korupsi, dan lain-lain?” Pertanyaan itu sontak membuat Grand Hall Smesco Jakarta ramai dengan tepuk tangan.

Menanggapi hal tersebut Habib Husein Jafar kemudian menyebut bahwa orang-orang yang melakuka kejahatan seperti korupsi, menyuap, itu adalah orang yang kafir. Habib yang terkenal dengan konten Log In-nya ini kemudian mengutip NU dan Muhammadiyah yang menyebut bahwa koruptor adalah orang kafir.

“NU dan Muhammadiyah itu sepakat kalau koruptor itu kafir,” ujar Habib Jafar.

Menurutnya meskipun NU dan Muhammadiyah sering tidak sepakat dengan awal Ramadan dan awal Syawal, namun dalam hal korupsi dua ormas terbesar di Indonesia ini sepakat.

Habib dengan 6 juta pengikut di Instagram ini juga menyampaikan kutipan yang menarik. Menurutnya, meskipun seorang mengaku muslim, tapi dia melakukan korupsi, maka dia adalah ‘kafir’.

“The real kafir adalah orang yang mengaku Islam tapi dia korupsi,” tambahnya.

Ia juga membandingkan orang-orang yang meramaikan tagar #KaburAjaDulu namun tetap cinta Indonesia dengan orang yang tak kemana-mana tapi mengambil uang negara.

“The real nasionalis adalah #kaburajadulu tapi membawa Indonesia di hatinya. The real tidak Nasionalis adalah, tidak kemana-mana tapi membawa lari uang negara,” tutur Habib Jafar diikuti gemuruh riuh peserta Pesantren Kilat Narasi 2025 (Sabtu, 15 Maret 2025).

Penulis buku “Seni Merayu Tuhan” ini juga menyatakan bahwa gunakan hidup untuk beribadah. Mencari rezeki adalah bagian dari ibadah. Jangan jadikan hidup untuk mencari duit. Menurutnya, mencari rezeki dan mencari duit adalah dua hal yang berbeda.

“Rezeki itu sedikitnya cukup, apalagi banyak. Duit itu banyaknya belum tentu cukup. Apalagi sedikit,” lanjutnya.

Habib Jafar juga menyampaikan keresahannya terkait hal ini, mengingat ada orang-orang yang gajinya miliaran tapi masih saja mengambil uang rakyat, korupsi.

“Udah digajji miliaran masih ngoplos,” ujarnya.

(AN)