Gus Baha: Puasa Asyura, Yang Membedakan Kita dengan Umat Yahudi

Gus Baha: Puasa Asyura, Yang Membedakan Kita dengan Umat Yahudi

Gus Baha: Puasa Asyura, Yang Membedakan Kita dengan Umat Yahudi

Puasa Asyura merupakan amalan sunnah yang dilaksanakan setiap tanggal 10 bulan Muharram. Puasa ini juga dilaksanakan oleh umat Yahudi, sebagai penghormatan kepada Nabi Musa. Namun, ada yang membedakan kesunnahan puasa Asyura umat Islam dengan umat Yahudi. Bagaimana penjelasannya? 

Bulan Muharram, oleh beberapa kalangan di Indonesia dikenal juga dengan istilah bulan Asyura atau bulan Suro. Nama bulan Suro ini diambil dari kata Asyura, yang menandai tanggal 10 di bulan Muharram ini. Tanggal ini dianggap penting karena menandai peristiwa yang terjadi di dalamnya. antara lain selamatnya Nabi Musa dari kejaran bala tentara Firaun dan tragedi Karbala, terbunuhnya Sayyidina Husein cucu Nabi Muhammad SAW.

Di tanggal 10 bulan Muharram ini, umat Islam juga disunnahkan untuk berpuasa selama dua hari dengan berurutan. Yakni puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram atau puasa Tasu’a dan Asyura. Kalau tidak, bisa dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Muharram. Pada intinya, terdapat hikmah supaya praktik puasa Asyura yang dilakukan umat Islam dilaksanakan dua hari, tidak seperti umat Yahudi yang hanya dilaksanakan satu hari pada tanggal 10.

Dalam sebuah video pengajiannya, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan bahwa kesunnahan puasa Asyura bermula ketika Nabi Muhammad mendapati para tetangganya yang orang Yahudi melaksanakan puasa di tanggal 10 Muharram.

Ketika mereka ditanya oleh Nabi Muhammad SAW, mereka menjawab bahwa puasa tersebut dilaksanakan karena tanggal 10 Muharram merupakan momentum peristiwa penting bagi mereka. Yang mana di hari itu Nabi Musa AS diselamatka dari kejaran tentara Firaun, yang berujung pada peristiwa Nabi Musa mengalahkan Firaun.

Gus Baha melanjutkan, lantas Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabatnya, bahwa yang lebih berhak menghormati Nabi Musa AS itu sebenarnya adalah umat Islam, bukan dari kalangan orang Yahudi. Demikian karena ajaran yang dianut orang Yahudi pada masa itu dianggap telah melenceng dari ajaran Nabi Musa AS.

Dari situ lah umat Islam disarankan untuk melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Dari peristiwa ini artinya, ada keinginan dari Nabi Muhammad bahwa yang lebih berhak untuk memberi penghormatan kepada Nabi Musa ya orang Islam, bukan Yahudi.

Apa yang menyebabkan Nabi Muhammad juga ikut menyarankan kita untuk memberi penghormatan kepada Nabi Musa? Ternyata ada hikmah tersendiri. Kesunnahan puasa Asyura ini guna menunjukkan bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu mempunyai kesinambungan dengan para nabi-nabi yang terdahulu, termasuk Nabi Musa.

Ciri keimanan umat Islam, menurut penjelasan Gus Baha, adalah bahwa umat Islam tidak membeda-bedakan antara satu rasul dengan rasul yang lain. Sebagaimana tertuang dalam surat al-Baqarah ayat 285:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.”

Dengan demikian, ada hikmah kenapa Nabi Muhammad juga menceritakan tentang kisah-kisah nabi terdahulu, mulai dari Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi isa, dan lain sebagainya. Karena memang dalam keimanan seorang Muslim, tidak selayaknya kita membeda-bedakan antara satu rasul dengan rasul yang lain. Apalagi mempertandingkan antara satu rasul dengan rasul yang lainnya. Seluruh rasul wajib kita imani sebagai seorang Muslim.

Meski demikian, dalam kitab Fathul Muin yang banyak dikaji di pesantren Indonesia, umat Islam memiliki ciri khas puasa Asyura sendiri, yakni dilaksanakan selama dua hari. Berhubung umat Yahudi berpuasa pada momentum tanggal 10 Asyura supaya umat Islam sedikit berbeda, maka umat Islam disarankan memulainya pada tanggal 9. Seandainya tanggal 9 Muharram terlewat sehingga tidak puasa, disunnahkan untuk puasa pada tanggal 10 dan 11 untuk membedakan puasa Asyura kita dengan puasanya umat Yahudi.