Menceritakan aib sendiri kepada orang lain bagi beberapa orang terkadang biasa saja. Apalagi jika disertai rasa bangga karena pernah melakukan aib yang ini dan itu. Gus Baha memperingatkan hal ini.
Pernah dengar istilah orang jahat adalah orang baik yang tersakiti? Ya, istilah itu lahir dari film Joker yang menjadi box office di seluruh dunia. Pertanyaannya adalah, apakah Anda termasuk yang setuju atau tidak setuju dengan istilah tersebut?
Dalam salah satu video pengajian Gus Baha di YouTube, ada satu ucapan beliau yang mirip-mirip dengan istilah yang saya singgung tadi, yaitu: Orang baik adalah orang yang keburukannya diampuni. Menurut beliau ada beberapa redaksi Al-Qur’an tentang hal ini, dan salah satunya ada di Surat Al Fath ayat 5
لِّيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عِنْدَ اللّٰهِ فَوْزًا عَظِيْمًاۙ
“Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar.”
Menurut Gus Baha, setiap manusia pasti memiliki kesalahan, namun kesalahan itu pasti akan diampuni jika meminta ampun. Jadi, tidak ada manusia yang tak pernah salah sama sekali. Joker yang sejahat itu pun kalau dia bertaubat sebelum mati, ya berarti dia berhak untuk masuk surga.
Walaupun kesalahan atau dosa manusia bisa diampuni, tetapi ada hadis Nabi Muhammad SAW tentang dosa yang tak terampuni. Dosa apakah itu? Apakah membunuh? Berzina? Atau merampok? Bukan, bukan semua itu. Memang itu semua dosa besar, tetapi masih dalam kategori dosa-dosa yang termaafkan.
Menurut Gus Baha, sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW, “Qullu Ummati Muafan illa Mujahirin” yang artinya, “Semua umatku akan diampuni kecuali yang memperlihatkan dosanya secara terang-terangan” [HR. Bukhâri, no. 6069; Muslim, no. 2990].
Nah, yang termasuk golongan mujahirin atau memperlihatkan dosanya secara terang-terangan adalah orang yang menceritakan lagi dosa-dosanya yang telah lampau. Kita tentu sering mendapati kenalan, teman, saudara atau bahkan kita sendiri yang saat berkumpul pasti bercerita tentang masa lalu. Terkadang, yang terjadi adalah semacam perlombaan menceritakan aib masa lalu yang paling bejat. Ini kisah nyata lho, terjadi di lingkup pertemanan saya. Dan saya yakin anda juga pernah menemui orang-orang seperti ini.
Dulu saya menganggap itu hal yang sedikit aneh. Kok ada orang yang dengan bangganya menceritakan segala keburukannya di masa lalu. Namun berhubung semua orang hanya mendengarkan sambil tertawa-tawa, jadinya saya juga menganggap itu suatu hal yang biasa saja. Sampai akhirnya saya melihat video Gus Baha tentang hadis dosa tak terampuni sebagaimana yang saya sebut di atas.
Gus Baha menambahkan, sebagai pengingat, syaratnya adalah hadis tersebut harus shahih, maka kita harus menerimanya. Walaupun pada awalnya kita akan merasa janggal dengan hadist tersebut. Bagaimana tidak janggal? Orang bicara jujur kok malah tidak diampuni. Bahkan disuruh untuk diam dan tidak menunjukkan aib atau dosa kita.
Gus Baha kemudian memberi contoh bagaimana kita seharusnya membela Kanjeng Nabi. Bahwa bagaimanapun Nabi Muhammad SAW itu lebih tahu daripada kita. Sebab kita yang hanya menggunakan akal dengan Nabi yang menggunakan akal ditambah wahyu tentu saja tidak dapat dibandingkan kualitasnya.
Akal kita hanya akan memberikan solusi jangka pendek, sedangkan hadis Nabi yang di dalamnya terdapat wahyu memberikan solusi jangka panjang dan tetap relevan hingga hari kiamat tiba. Dalam hal ini bila ada yang mengaku pernah melakukan suatu dosa, akal kita akan menganggap itu suatu perbuatan yang baik. Tapi pernahkah Anda berpikir kalau pengakuan dosa seperti itu akan buruk ke depannya. Bisa jadi suatu gerakan masif yang menganggap dosa itu suatu hal yang biasa.
Lha iya kan? Kalau anda cerita ke cucu pernah melakukan korupsi misalnya, nah apabila dalam perjalanan hidupnya si cucu tadi juga melakukan hal sama, maka apa yang akan menjadi pembelaan dari si cucu tadi? Mungkin kalimat seperti ini “Lha, Mbahku saja dulu juga melakukan korupsi”.
Bagaimana kalau sudah terlanjur? Ada 3 hal yang bisa Anda lakukan. Yang pertama jangan pernah melakukannya lagi. Yang kedua lakukan penyangkalan bila ada yang mengungkitnya lagi. Dan yang ketiga adalah berdoa semoga orang-orang yang pernah mendengar Anda bercerita dosa tadi akhirnya melupakannya seiring dengan berjalannya waktu. Kalau sudah tidak ada yang ingat, itulah waktunya bagi anda untuk merayu Dzat yang tidak pernah lupa. Siapa lagi kalau bukan Allah SWT. (AN)
Wallahu A’lam.