Peristiwa Mako Brimob kemarin (9/5) tentunya menyisakan tanya bagi kita semua, benarkah ekstrimisme-terorisme masih menjadi ancaman bagi masyarakat kita? Terlebih, dari peristiwa yang melibatkan 156 narapidana terorisme dan menelan 5 korban dari kepolisian ini terjadi di tempat yang seharusnya jadi pelindung warga.
Terkait hal ini, INFID melalui direkturnya Sugeng Bahagijo dari menuturkan bahwa ini sinyal penting dan kita tidak bisa menutup mata ancaman ini. Menurutnya, teror ini merupakan masalah riil yang menuntut negara untuk lebih waspada, lebih tegas dan segera merumuskan kebijakan penanganan yang lebih komprehensif dan menyeluruh.
“Pemerintah harus tegas menindak pelaku terorisme dan melindungi warga dari ancaman kelompok teroris serta ideologinya yang tidak hanya disebarkan di dunia nyata tetapi juga di dunia maya dan menyasar anak muda,” tuturnya seperti rilis yang diterima redaksi.
Ia pun mengutuk keras dan mengecam tindakan ekstremisme-kekerasan dan terorisme yang sampai saat ini masih riil menjadi ancaman di negeri ini. Ia juga menambahkan, bahwa ancaman radikalisme ini juga bisa jadi juga menjangkiti pemerintahan sendiri. Untuk itulah, perkara terorisme ini harus ditanggulangi dari hulu ke hilir secara komprehensip.
“Pemerintah harus melindungi negeri dari bahaya ekstremisme-kekerasan dan terorisme, termasuk di tubuh pemerintahan itu sendiri, serta termasuk penyalahgunaan fasilitas pemerintah sebagai medium penyebaran gagasan-gagasan ekstrem,” tambahnya.
Peristiwa Mako Brimob sendiri merupakan sinyal buruk bagi kepolisian terkait penanganan terorisme. Apalagi ini terjadi di kepolisian. Bagi publik, tentu ini momen untuk kembali kewaspadaan karena ternyata sel tidur terorisme ini masih ada dan tidak ada yang bisa menjamin akan terjadi hal serupa di kemudian hari. Semoga saja tidak.