Seringkali kita mendengar atau mengalami, ketika mendapat sesuatu cobaan, orang akan menasehati kita dengan sebuah kata: sabar. Namun, kondisi bagaimana kita mesti sabar, itulah yang perlu kita ketahui.
Kata sabar sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro-yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, pengertian sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai.
Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Matan Tanqihul Qaul mengutip hadis tentang empat macam sifat sabar.
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Sabar itu ada empat: sabar dalam menjalankan fardhu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia dan sabar dalam kefakiran. Sabar dalam menjalankan kewajiban adalah taufik, sabar dalam menghadapi musibah berpahala, sabar dalam menghadapi gangguan manusia adalah cinta dan sabar dalam kefakiran adalah ridlo Allah ta’ala.
Pertama, adalah sabar dalam menjalankan fardlu, atau kewajiban kita selaku umat Islam, seperti menegakkan shalat, membayar zakat dan menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Kewajiban-kewajiban ini, memang kadang terkadang berat. Namun, jika mau bersabar untuk menjalankan kewajiban dari Allah, akan selamat, sebagaimana Sabda Nabi: “Sabar itu salah satu wasiat dari beberapa wasiat Allah ta’ala di bumi, barang siapa menjaganya maka dia selamat dan barang siapa menyia-nyiakannya maka dia celaka.”
Kedua, sabar dalam menghadapi musibah. Misalnya, terkena longsor, banjir atau sakit. Musbah itu bisa merupakan cobaan dari Allah untuk membersihkan dosa atau mengangkat derajat hamba-Nya, sebagaimana Sabda Nabi: “Jika Allah mencintai seorang hamba maka dia akan mencobanya dengan cobaan yang tidak ada obatnya. Jika dia sabar maka Allah memilihnya dan jika dia ridha maka Allah menjadikannya pilihan.”
Ketiga, sabar dalam menghadapi gangguan manusia. Sebagaimana kita rasakan, hidup di tengah-tengah masyarakat tak mudah. Misalnya, gang verbal berupa cemoohan, gunjingan, fitnah, dll. Jika kita bisa menahan diri, mengendalikan kemarahan, bahkan memaafkan kesalahan orang lain, itu disebut juga bersabar. Nabi bersabda: “Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan karena mengharapkan ridha Allah ta’ala”.
Keempat, sabar dalam kefakiran. Ini memang sulit, ditengah kondisi modern seperti ini, dengan banyak iming-iming perilaku hedonistik dari media, bersabar dalam hal ini memang tak mudah. Kita bisa saksikan, banyak kriminalitas, dari yang kelas teri sampai koruptor kelas kakap, yang tak berani bersabar hidup dalam kesederhanaan, lebih-lebih kefakiran. Namun, jika mampu menaklukkan ini, sebagaimana Sabda Nabi: “Sabar sesaat itu lebih baik dari dunia seisinya”.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk dapat menjalankan keempat sifat sabar di atas, ditengah berbagai cobaan dan iming-iming untuk berbuat curang, dan perilaku menyimpang lainnya. Sabar melaksanakan perintah-perintahnya, sabar menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan dari sesama manusia dan sabar berada dalam kefakiran, amin.
Wallahu A’lam.