Ta`awun atau tolong-menolong adalah suatu amal yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Tolong menolong dapat berupa bantuan materi, akal, fisik, doa dan lain sebagainya. Selama tolong menolong tersebut dalam kebaikan, maka Allah akan memberikan ganjaran yang pantas di akhirat kelak. Sebaliknya, tolong-menolong dalam keburukan akan menyebabkan murka Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 3:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Dalam tolong-menolong, para ulama mengklasifikasikannya ke dalam empat macam. pembagian ini berdasarkan jenis tolong menolong antar dimensi manusia, yaitu kehidupan sebelum meninggal dan setelah meninggal. Berikut adalah keempat macam tersebut:
Pertama, tolong menolong antar sesama orang yang masih hidup. Hal ini sering kita jumpai di dunia nyata. Banyak orang yang saling membantu baik berupa tenaga, pikiran, dan harta. Tolong menolong seperti ini sifatnya bernilai ibadah jika diniatkan tulus karena Allah SWT dan Allah akan memberikan pahala kepadanya di akhirat nanti. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari kesushan akhirat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut mau meolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Kedua, tolong-menolong orang hidup kepada orang meninggal. Para ulama empat madzhab sepakat bahwa orang yang ada di dunia dapat menolong orang yang telah meninggal dengan cara mendoakannya. Doa orang hidup kepada orang mati dapat memberikan manfaat. Syekh Nawawi al-Bantani mengatakan dalam kitabnya, Nihayatuz Zayn:
“Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan—kal ghariqil mughawwats dengan diharakati fathah pada huruf wawunya yang bertasdid, yaitu orang yang meminta pertolongan—ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya,’”
Di dalam Alquran juga disebutkan dalam surat al-Hasyr ayat 10:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini berkenaan mengenai doa orang-orang mukmin setelah masa para sahabat hingga hari kiamat kepada orang-orang yang telah mendahului mereka. Maka dari itu, segala bentuk kebaikan yang dilakukan orang hidup kepada orang meninggal, seperti doa ampunan, sedekah, haji, dan lain sebagainya, akan sampai dan bermanfaat untuk orang meninggal tersebut.
Ketiga, tolong menolong orang meninggal kepada orang yang masih hidup. Nabi Muhammad SAW bersabda:
حياتي خير لكم تُحْدِثون ويُحدَث لكم، ومماتي خير لكم تعرض عليّ أعمالكم، فما رأيته من خير حمدت الله عليه، وما رأيت من شر استغفرت لكم
“Ketika aku hidup maka itu baik untuk kalian, kalian bisa berbincang-bincang denganku dan akupun bisa berbincang dengan kalian. Adapun kematianku juga baik untuk kalian, karena akan diperlihatkan semua amal kalian kepadaku. Ketika aku melihat kebaikan, maka aku memuji Allah SWT. Ketika aku melihat keburukan dari kalian, maka aku akan memintakan ampunan untuk kalian” (HR. al-Hafidz)
Dalam surat alkahfi, dikisahkan bahwa Nabi Khidzir dan Nabi Musa diperintahkan Allah SWT untuk menegakkan dinding rumah yang miring. Rumah tersebut dimiliki oleh dua anak yatim. Di bawahnya, terdapat harta karun yang berisi emas dan perak. Mereka dijaga oleh Allah hingga dewasa sehingga dapat memiliki kekuatan untuk mengeluarkan harta simpanan tersebut. Allah menjaga mereka dan rumah mereka karena berkah dari kakek buyut kedua anak tersebut. Beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa kakek buyut mereka adalah tujuh keturunan ke atas dan melalui jalur ibu. Berkat kesalehan yang dimiliki kakek buyut nya itu, Allah memerintahkan dua seorang nabi untuk menjaga mereka.
Hadis dan cerita di atas menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dunia masih dapat memintakan ampunan kepada orang yang masih hidup. Maka tidak heran jika banyak orang yang bertawasul dan istighosah kepada para nabi dan orang-orang sholih, dikarenakan mereka dapat memintakan ampunan dan memberikan manfaat kepada orang yang masih hidup.
Keempat, tolong menolong sesama orang yang meninggal. Pertolongan seperti ini disebut sebagai syafaat. Nabi Muahmmad SAW bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْـوَةٌ مُسْـتَجَابَةٌ فَتَعَجَّـلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَـهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْـوَت شَــفَاعَةً لأُمَّـتِى يَوْمَ الْقِيَـامَـةِ فَهِىَ نَائـِلَةٌ إِنْ شَـاءَ اللَّهُ مَنْ مَـاتَ مِنْ أُمَّـتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajabah, maka setiap Nabi doanya dikabulkan segera, sedangkan saya menyimpan doaku untuk memberikan syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu insya Allah diperoleh umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”
Dalam hadis yang lain, Nabi Muhammad SAW bersabda:
من قرأ القرآن واستظهره فأحل حلاله وحرم حرامه، أدخله الله به الجنة، وشفعه في عشرة من أهل بيته كلهم وجبت له النار
“Barangsiapa membaca Al-Quran dan menghapalnya, dan menghalalkan apa yang dihalalkannya serta mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah SWT akan memasukannya ke surga dan akan menerima syafaatnya untuk sepuluh orang keluarganya yang wajib masuk neraka.” (HR Ahmad, Tirmidzi)
Bahkan, beberapa ulama mengatakan bahwa orang yang dikuburkan berdekatan dengan orang sholih, akan mendapatkan manfaat berkat orang sholih tersebut. Dikisahkan Umar bin Khattab RA pernah meminta izin kepada Aisyah untuk dikuburkan berdekatan dengan Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA. Siti Aisyah pada saat itu merasa sedikit keberatan. Beliau mengatakan “Wahai Umar, sesungguhnya aku juga ingin dikuburkan berdekatan dengan pusara Nabi Muhammad SAW. Namun ketika engkau menginginkannya, aku mengizinkannya, wahai amirul mukminin.” Seketika itu, Umar sangat kegirangan dan gembira atas izin yang diberikan oleh Siti Aisyah RA. Beliau merasa mendapatkan keberuntungan yang agung ketika beliau dikuburkan disamping Rasulullah dan Abu Bakar RA.
Wallahu A`lam