Imam Syafi’i pernah menyatakan bahwa ada dua macam ilmu induk yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Beliau mengatakan:
إنما العلم علمان: علم الدين، وعلم الدنيا، فالعلم الذي للدين هو: الفقه، والعلم الذي للدنيا هو: الطب.
Artinya: “Sesungguhnya ilmu itu ada dua, yaitu: Ilmu agama dan Ilmu dunia. Ilmu agama adalah ilmu fikih, sedangkan ilmu dunia adalah ilmu kedokteran.”
Kedua ilmu penting ini untuk menyelamatkan manusia di dunia maupun akhirat. Dengan mempelajari ilmu agama, manusia dapat mengenal Tuhan, mengendalikan hawa nafsu, dan mengetahui halal/haram sehingga dapat menyelamatkannya di akhirat kelak. Sedangkan dengan ilmu kedokteran, manusia dapat mengetahui macam-macam penyakit, pencegahannya, dan pengobatannya sehingga dapat mencapai kualitas hidup (Quality of life) yang baik.
Namun sayang, akhir-akhir ini kedua ilmu itu telah dirusak oleh orang-orang bodoh. Di masa pandemi virus corona ini, banyak sekali bermunculan berita atau pendapat miring yang dibuat dan disebarkan oleh orang-orang yang mengaku ahli namun sebenarnya tidak. Mulai dari proses transmisi virus, pencegahan, pengobatan, hingga program vaksinasi yang baru-baru ini hangat dibicarakan. Pendapat-pendapat ini memunculkan sebuah teori tanpa bukti dan dasar ilmiah yang jelas. Cara berpikir yang sederhana dan dangkal membuat seakan-akan teori itu benar dan masuk akal. Teori ini bahkan mengalahkan teori para ilmuan yang telah menggeluti ilmu berpuluh-puluh tahun.
Baca juga: Kisah Warga Ahmadiyah: Masjid Kami Dibakar, Rumah Kami Dirusak, Hanya Karena Kami Ahmadiyah
Kemampuan bicara yang memukau disertai logika sederhana yang mudah dipahami, membuat pendapat dari sekelompok orang ini lebih dipercaya oleh khalayak umum. Tipikal masyarakat Indonesia yang mempunyai tingkat literasi rendah juga membuat mereka cenderung mempercayai berita singkat, menarik dan masuk akal, daripada harus mengecek kebenaran dengan membaca sumber ilmiah atau bertanya kepada ahli.
Fenomena ini serupa dan mirip dengan fenomena beberapa dekade terakhir tentang gerakan “kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah”. Gerakan ini dimunculkan oleh sekelompok orang ‘bodoh’ yang seolah-alah menentang pendapat ulama-ulama yang jelas kualitas keilmuannya dengan pemikiran dangkal tanpa dasar.
Orang awam pasti tertarik dengan gerakan ini karena menganggap bahwa kedudukan Al-Qur’an dan Sunah memang berada di atas pendapat ulama. Akhirnya, mereka pun tertarik untuk langsung mempelajari terjemah Al-Qur’an dan kitab-kitab hadis dibanding harus belajar ilmu bahasa Arab, adab, fikih, aqidah melalui kitab-kitab karangan ulama. Akibatnya, muncul sekelompok orang yang mudah sekali mengatakan “kafir dan bid’ah” kepada saudara muslimnya.
Sungguh disayangkan, dua ilmu yang sangat penting, ilmu agama dan kedokteran, telah dikontaminasi dan dirusak oleh sekelompok orang bodoh yang tak terkendali. Jika ilmu agama yang menjadi penyelamat ruh dan ilmu kedokteran yang menjadi penyelamat jasmani telah dirusak, maka kita patut pesimis, karena jiwa dan raga sudah hancur berkat ulah orang-orang yang gemar berbicara ilmu tanpa dasar. Maka benar apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW:
إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة
Artinya: “Jika perkara diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.”
Baca juga: Delapan Wasiat Ali bin Abu Thalib Kepada Anaknya
Maka dari itu, sebagai orang awam, sebaiknya mengikuti pendapat para ahli yang kompeten di bidangnya. Dalam masalah agama, sebaiknya datang ke ulama. Dalam masalah kesehatan, sebaiknya datang ke dokter. Begitu juga cabang ilmu lainnya. Dengan begitu, insya Allah akan selamat di dunia dan akhirat. (AN)
Wallahu a’lam.