Perbedaan mesti disyukuri dan dinikmati, bukan malah dijadikan sumber masalah. Apalagi dalam Islam itu ada banyak perbedaan pendapat. Makanya, dalam Islam diakui beberapa madzhab. Masing-masing madzhab memiliki pemahaman fikih yang berbeda dengan madzhab lain. Perbedaan ini memudahkan, bukan menyulitkan.
Tapi masalahnya, ada banyak orang yang tidak siap dengan perbedaan pendapat dalam agama. Mereka memaki orang yang berbeda, bahkan mengafirkan. Prof. Quraish Shihab mengingatkan, “Mempersatukan segala sesuatu itu mustahil.Gunung saja beragam. Tumbuh-tumbuhan beragam. Manusia beragam. Kita boleh jadi punya rambut sama hitam, tapi pikiran kita beda-beda”.
Menyeragamkan pendapat dalam Islam sangat mustahil. Setiap orang punya pikiran beda-beda. Ini tidak salah selama pendapat itu dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan, orang yang punya pikiran sendiri dengan argumentasi yang kuat dan benar, andaikan salah di mata Allah, mereka tetap mendapat pahala.
“Al-Qur’an menggariskan satu prinsip, boleh berkelompok-kelompok, tapi jangan berkelahi. Kita bisa berkata lagi, sebenarnya, Allah mau kita berbeda, tapi dia tidak mau kita bertengkar. Kalau Allah mau kita sama, al-Qur’an tidak bisa mengandung penafsiran yang berbeda-beda” Tegas Prof. Quraish Shihab.
Kalau diperhatikan, Allah mengingatkan kita untuk berbeda. Buktinya, al-Qur’an sendiri dibiarkan multi tafsir. Al-Qur’an pun terbatas, ada banyak aturan Islam tidak dijelaskan secara detail dalam al-Qur’an. Karena bahasa al-Qur’an indah, ia bisa ditafsirkan dengan beragam. Prof. Quraish mencontohkan, “Saya belum makan, bisa berati saya lapar, kenyang, jangan habiskan makanan itu, beda-beda, al-Qur’an juga bisa seperti itu. Bisa semua benar, bisa juga semuanya salah. Kalaupun salah dapat pahala.
Karenanya, meskipun penafsiran terhadap al-Qur’an beda-beda, kita harus saling menghargai dan jangan bertengkar karena perbedaan pendapat. Jangan suka memaki dan mengafirkan orang dengan alasan tidak setuju dengan perbedaan pendapat. Selama orang tersebut masih mengakui Allah SWT dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah tidak boleh dikafirkan.
“Ada Syafi’i, Maliki, Syiah, Salafi, Kita jangan berkelahi” Tutup Prof. Quraish Shihab.