Sebuah rekaman video beredar di media sosial. Video itu menampilkan aksi pembakaran bendera PDIP dan bendera bergambar palu-arit yang identik sebagai simbol PKI (Partai Komunis Indonesia). Ini terjadi sewaktu demonstrasi menolak RUU HIP di depan genung MPR/DPR, Rabu (24/6) kemarin.
Seperti diketahui, terlibat dalam aksi itu sejumlah organisasi massa, seperti Front Pembela Islam (FPI), Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama. Ketiganya tergabung dalam Aliansi Nasional Anti-Komunis.
Dalam aksinya, mereka mendesak pemerintah dan DPR supaya mencabut RUU HIP yang dinilai sarat dan berbau komunisme. Selain itu, mereka juga meminta aparat keamanan menangkap inisiator RUU HIP karena wacana dalam RUU HIP dinilai merupakan tindakan makar.
Tentu saja, aksi itu bisa terbilang heroik di lapangan, tapi tidak dengan efek yang ditimbulkan.
https://twitter.com/narkosun/status/1275769279544037377
Ditambah, aksi pembakaran bendera PKI oleh massa itu diiringi narasi turunkan Presiden Joko Widodo. Mereka menilai Jokowi memiliki andil terhadap pembahasan RUU HIP.
“Kita mendesak agar MPR menggelar sidang istimewa untuk memberhentikan Presiden Jokowi,” kata Ketua Pelaksana Pergerakan Aksi PA 212 Edy Mulyadi dalam orasinya di depan gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarat Pusat, Rabu (24/6).
Selain itu, Edy juga menuntut MPR menggelar sidang istimewa untuk menurunkan Jokowi. Dia menilai pemerintahan Jokowi membuka ruang yang besar bagi bangkitnya PKI.
“Kita mendesak sidang umum MPR untuk memberhentikan Jokowi sebagai presiden yang memberikan peluang yang besar bagi bangkitnya PKI dan Neo-Komunisme,” tuturnya.
Sebagai partai yang boleh dibilang cukup berkuasa dalam hampir satu dekade terakhir ini, PDIP menolak diam. PDIP merasa pembakaran bendera partai berlogo banteng itu tidak bisa dibiarkan.
“PDI Perjuangan dengan tegas menempuh jalan hukum,” ujar Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya seperti dikutip detiknews, Kamis (25/6/2020).
Hasto juga menyebut bahwa pihaknya sangat menyesal dengan adanya oknum-oknum yang melakukan aksi pembakaran bendera itu. Menurutnya, ada oknum yang sengaja memancing keributan.
Terpisah, Juru Bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212, Haikal Hassan, mengaku sama sekali tak melihat aksi pembakaran bendera PDIP saat demo berlangsung. Pihaknya akan segera mengusut kasus itu.
“Lagi diusut juga. Takutnya ada penyusup yang suka adu domba,” ujar Haikal.
Lebih jauh, Haikal menyebut sewaktu demo PA 212 sama sekali tidak ada agenda terkait pembakaran bendera berlogo banteng itu. Ia menuturkan pihaknya telah mengkondisikan massa untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat berdampak pada perpecahan bangsa.
“Bendera itu simbol. Ada imbauan sebelum turun aksi jangan melakukan hal-hal yang merusak persatuan,” tutur Haikal.
Dari peristiwa ini, siapa yang dirugikan?
Tentu saja tukang sablon bendera menjadi pihak yang paling tak diuntungkan. Sudah capek-capek bekerja, malah hasilnya tidak diapresiasi.