Terhitung sejak awal Maret 2020, pandemi Covid-19 di tanah air telah nyaris satu semester. Presiden Joko Widodo, satu waktu, mengatakan bahwa akhir tahun ini semua kita bisa kembali hidup dan beraktivitas normal.
Faktanya, Presiden terus merevisi pernyataannya hingga ntah sampai kapan. Hingga Senin (31/08) saja, kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 174.796 orang, dengan 125.959 orang di antaranya dinyatakan sembuh, dan 7.417 orang telah meninggal dunia.
Rumah Sakit di sejumlah daerah sibuk dan padat penduduk pun sempat dikabarkan penuh, semata melayani pasien kasus Covid-19. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melihat ini sebagai kondisi yang mengkhawatirkan.
“Mengkhawatirkan. Justru di sinilah pengelolaan kasus ini menjadi penting, pengelolaan kasus mulai dari awal sampai akhir,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, dikutip detikcom, Minggu (30/8/2020).
Bersamaan dengan itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat bahwa sedikitnya 100 dokter telah gugur akibat Covid-19 per 30 Agustus. Terbanyak berada di Jawa Timur yakni sebanyak 25 dokter, kemudian Sumatera Utara 15 dokter, dan DKI Jakarta 14 dokter.
Meski begitu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan (Yankes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Abdul Kadir mengatakan bilamana masyarakat tidak perlu takut dinyatakan positif Covid-19.
Menurutnya, ada stigma yang berkembang di masyarakat bahwa seolah positif Covid-19 itu menyeramkan. Padahal, kata dia, tak semua orang yang positif Covid-19 menimbulkan gejala berat.
“Kita tidak perlu terlalu takut positif karena positif pun belum tentu kita sakit,” kata Kadir dalam Simposium Nasional Dies Natalis 64 Unhas yang disiarkan langsung akun Youtube FKM UNHAS, Selasa (1/9).
Lebih jauh, Kadir mengatakan bahwa orang yang positif Covid-19 tanpa gejala hanya perlu mengisolasi diri di rumah, memperbaiki asupan gizi, dan meningkatkan imunitas. Menurutnya, orang positif Covid-19 tanpa gejala juga tidak perlu dirawat di rumah sakit, sehingga kapasitas rumah sakit tidak penuh.
“Kita sekarang harus sepakat Pedoman Penanggulangan Covid-19 revisi kelima adalah [orang] yang dimasukkan ke rumah sakit [adalah] mereka yang [memiliki gejala] sedang sampai berat,” tuturnya.
Dengan kebijakan itu, Kadir mengklaim jumlah rumah sakit yang ada jauh dari penuh. Dia menyebut saat ini ada 839 rumah sakit yang melayani pasien Covid-19. Sementara tempat tidur yang terpakai (bed ocuppancy rate) baru 42,3 persen.
“Dengan demikian, tidak benar isu-isu yang mengatakan rumah sakit semuanya penuh, itu semua adalah hoaks sebenarnya,” ujarnya.
“Rumah sakit kita tenang-tenang saja. Katanya di Jakarta meningkat, tetapi tidak semua harus masuk rumah sakit,” Kadir menambahkan.
Yah, di masa-masa yang semakin sulit ini tampaknya kita memang merindu dan perlu peranan dokter Tirta yang pastinya akan ngegas jika ada orang tanpa gejala tapi tetap merangsek ke RS rujukan, sementara masih ada yang lebih membutuhkan perawatan intensif.