Banyak cerita tentang Rabiah al adwaiyah. Sufi perempuan yang dikenal dengan ajaran mahabbahnya itu kehidupannya banyak kisah hikmahnya. Salah satunya adalah ketika ada dua orang pemuka agama datang mengunjungi Rabi’ah Adawiyah. Keduanya dalam keadaan kelaparan. Salah satu dari mereka berkata,” Mudah-mudahan Rabi’ah akan menyuguhkan makanan kepada kita.” Kemudian ditimpali oleh rekannya dengan mengatakan, “Makanan yang disuguhkan Rabi’ah pasti diperolehnya secara halal.”
Setelah mengucapkan salam, masukklah ia ke rumah rabiah. Selanjutnya mereka duduk dan tanpa dinyana di depan mereka ada serbet yang diatasnya ada dua potong roti. Tentu melihat apa yang ada di depan matanya hati kedua tamu itu gembira. Pikirannya melayang akan memakan dua potong roti itu. Namun apa yang dibayangkan pupus seketika. Rabiah ternyata tidak memberikan roti itu.
Ternyata roti tersebut menjadi milik pengemis yang datang tiba-tiba. Kedua pemuka agama itu jelas kecewa melihat yang dilakukan Rabiah. Namun mereka tidak bisa berkata apa-apa. Tak lama kemudian seorang pelayan masuk dan membawa roti yang masih panas. Asapnya mengepul dan baunya mengundang nafsu makan. “Majikan ku teleh menyuruhku untuk mengantarkan roti-roti ini kepadamu,” si pelayan menjelaskan kepada Rabiah .
Rabi’ah kemudian menghitung roti-roti tersebut. Semua berjumlah delapan belas buah. “Mungkin sekali roti-roti ini bukan untuk ku,” Rabi’ah kepada si pelayan. Mendengar apa yang dikatakan oleh Rabiah, Si Pelayanpun berusaha meyakinkan Rabiah bahwa roti itu untuknya. Namun yang dilakukan pelayan itu sia sia, akhirnya roti tersebut dibawa pulang dan diserahkan kepada majikannya.
Si pelayan berusaha meyakinkan Rabi’ah namun percuma saja. Akhirnya roti-roti itu dibawanya kembali. Sebelum diberikan kepada Rabiah, ternyata roti itu berjumlah 20. Namun si pelayang meminta kepada majikannya 2 untuk dirinya sendiri. Setelah sampai di rumah majikannya, pelayang meminta 2 potong roti lagi agar genap 20 buah. Setelah itu pelayan tersebut kembali ke tempat Rabiah.
Sesampainya di rumah rabiah, dihitunglah kembali roti tersebut. Anehnya Rabiah menerima setelah mengitung jumlahnya yaitu 20 buah. “Roti-roti ini memang telah dikirmkan majikanmu untukku?” kata Rabi’ah. Tak lama kemudian Rabi’ah menyuguhkan 20 roti tersebut kepada kedua tamunya. Dengan pikiran yang terheran-heran kedua tamu itu beryanya . “Apakah rahasia di balik ini semua?” kata salah satu diantara mereka. “Kami ingin memakan rotimu sendiri tetapi engkau memberikannya kepada seorang pengemis. Kemudian engkau mengatakan kepada si pelayan tadi bahwa ke delapan belas roti itu bukanlah yang diberikan untukmu. Namun kemudian ketika semuanya berjumlah dua puluh buah barulah engkau mau menerimanya.”
Mendengar pertanyaan tersabut Rabi’ah menjawab, “Sewaktu kalian datang, aku tahu bahwa kalian dalam keadaan yang lapar. Kemudian aku berkata kepada diriku sendiri, apakah tega untuk menyuguhkan dua potong roti kepada dua orang pemuka agama yang sangat dihormati? Itulah yang menyebabkan aku memberi dua potong roti kepada si pengemis yang tadi datang. Aku segera memberikan dua potong roti itu kepadanya dan memohon kepada Allah Yang Maha Besar, “Ya Allah, Engkau telah berjanji bahwa Engkau akan memberikan pahala sepuluh kali lipat dan janji-Mu itu.. Aku sedehkahkan dua potong roti untuk menyenangkan hati-Mu, semoga Engkau berkenan untuk memberikan dua puluh potong sebagai imbalannya. Ketika ke delapan belas roti itu di antarkan kepadaku, tahulah aku bahwa ada sebagian darinya telah dicuri atau roti-roti itu bukan untuk disampaikan kepada ku.”