Ketika Mata Rabiah Adawiyah Tercolok Lidi Waktu Tahajud

Ketika Mata Rabiah Adawiyah Tercolok Lidi Waktu Tahajud

Ini kisah Rabiah Tahajud, ia tidak sadar ada lidi yang menancap matanya. Bukti yang kusyuk

Ketika Mata Rabiah Adawiyah Tercolok Lidi Waktu Tahajud

Rabiah Adawiyah adalah salah satu sufi perempuan yang masyhur. Hingga kini namanya terus dikenang dan diteladani sikap hidupnya. Salah satu kisah hikmah dari wali perempuan ini adalah kekhusyukkanya dalam melakukan sholat. Bahkan ada lidi yang menempel di matanya tidak membuatnya sakit.

Dalam satu malam Rabiah melakukan salat sunat 1000 rokaat. Musababnya Rabiah sadar betul akan kematian yang sewaktu-waktu menjemput. Ketika ditanya tentang ibadahnya ini Rabiah berkata,” Saya tidak menginginkan balasan apa-apa. Tetapi saya ingin menggembirakan Rasulullah pada hari kiamat nanti, yakni ketika beliau mengatakan kepada para Nabi lain : “ Saksikanlah !” ini amal yang dilakukan seorang wanita dari umatku.”

Tentang kisah kekhusyukkan solat Rabiah sangat banyak. Salah satunya adalah ketika ada batu dari atas rumahnya yang jatuh mengenai kepala dan menjadikan darah mengalir. Namun tidak terasa darah tersebut mengalir keras, Rabiah masih terus melakukan solat hingga selesai.

Melihat hal ini ada yang bertanya,” Apakah engkau merasa sakit wahai Rabiah?”

“Allah telah menjadikan diriku ridha menerima setiap kehendak-Nya. Semua yang terjadi adalah atas kehendakk-Nya,” jawab Rabiah.

Dalam peristiwa lainnya dikisahkan ada lidi yang mencolok matanya. Lidi tersebut menempel dimatanya ketika Rabiah melakukan  tahajud. Bagi orang yang tidak khusyuk solatnya, tentu idi yang menempel dimata akan menimbulkan sakit yang tak terhingga. Namun berbeda dengan Rabiah.

Kekhusyukannya menjadikan dirinya tidak merasa sakit. Kemudian Rabiah memanggil Abdah binti Syawal untuk mengeluarkan potongan lidi yang tertancap dimatanya.
Kekhustyukan rabiah memang luar biasa. Ia tidak peduli apa yang terjadi di sekelilingnya. Bahkan apa yang terjadi pada dirinya. Rabiah benar-benar hanya ingat pada Allah SWT semata.

Ibadahnya semata mata karena rasa syukurnya terhadap karunia Sang Maha Pencipta.

(Kisah ini disadur dari Buku Figur Wanita Sufi : Perjalanan Hidup Rabiah Adawiyah dan Cintanya Kepada Allah)