Berislam secara simbolik kini banyak digandrungi. Keberislaman simbolik ini mengarah pada gaya hidup yang serba Arab, seolah kearaban itu adalah Islam.
Hal ini dikritik oleh Buya Arrazy Hasyim dalam salah satu kajiannya. Menurutnya, berislam secara simbolik boleh-boleh saja, namun jangan sampai menuduh muslim-muslim yang tidak melakukannya sebagai anti Islam. Contohnya mengganti panggilan dengan akhi-ukhti.
“Contohnya, akhi, bang dik. Boleh nggak? Boleh-boleh aja, tapi jangan lebay,” ujar Buya Arrazy Hasyim saat mengisi kajian Al-Badr bersama Dik Doank di Kandang Jurank Doank.
Menurut Buya Arrazy, ada panggilan yang enak, seperti kang, mas, bang. Namun terkadang saat memanggil dengan panggilan seperti itu terkadang dituduh anti islamisasi.
“Lucunya, saya disebut anti islamisasi, karena saya memanggil mbak, teteh, dan mas,” cerita dosen Pasca Sarjana IIQ Jakarta ini.
Menurut Buya Arrazy Hasyim, perlu kiranya membedakan antara islamisasi dan arabisasi. Sehingga tak perlu mengganti kata-kata tertentu dengan bahasa Arab yang justru malah membuatnya menjadi aneh.
“Jadi kalau (tulisan) WC jangan diganti WC Akhwat, WC Ikhwan, gak usah, itu namanya arabisasi,” saran Buya Arrazy.
Buya Arrazy menyarankan untuk mengeceknya di beberapa WC yang ada di Arab Saudi. Bisa dipastikan bahwa di sana tidak akan ada WC yang bertuliskan WC Ikhwan-Akhwat.
“Coba cari kalau nggak percaya, yang ada dauratul miyah lir rijal, dauratul miyah lin nisa’,” terangnya.
(AN)