Islamisasi Nusantara dalam Catatan Naskah Kuno Bima-Lombok

Islamisasi Nusantara dalam Catatan Naskah Kuno Bima-Lombok

Islamisasi Nusantara dalam Catatan Naskah Kuno Bima-Lombok
Sejarah Islam-Nusantara

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad memiliki empat sahabat setia dan loyal. Mereka dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin yang langsung bersentuhan dengan Rasulullah, mendapat ilmu agama langsung kepada Rasulullah.

Konon, selepas Rasulullah wafat, para sahabat berembuk untuk membagi empat wilayah pengislaman yaitu wilayah barat, timur, utara dan selatan. Wilayah barat adalah bagian Sayidina Abu Bakar, sedangkan Sayidina Umar mendapat wilayah bagian Utara. Sementara itu, Sayidina Usman ke wilayah Selatan dan Sayidina Ali bin Abi Thalib mendapat bagian peng-Islaman di wilayah timur.

Pembagian wilayah inilah yang menentukan jaringan penyebaran Islam serta aktor-aktor penyebaran Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di wilayah Nusantara yang berada dalam wilayah timur, yaitu wilayah yang diperintahkan kepada Ali bin Abi Thalib. Demikian keterangan yang terekam dalam babad Sasak, sebuah naskah lontar asal Buleleng yang berasal dari abad 17.

Dalam babad Sasak itu tercatat (lembar 135a-137b), begini:

“para sahabat sudah mengembara ke negeri bawah angin, sama-sama diperintahkan oleh Rasulullah SAW, untuk mengislamkan semua umat segenap isi bumi ini. Terutama unttuk menyembah Allah SWT, baik dari golongan jin maupun manusia. Saat itu ada empat sahabat utama Nabi Muhammad SAW. Berbagi dalam tugas mengislamkan segenap umat manusia di seluruh penjuru dunia yang berjalan (mengislamkan) negeri Magribi. Sahabat Umar bin Khattab mengislamkan negeri bagian utara bumi ini. Sedangkan sahabat Usman bin Affan mengislamkan negeri selatan. Sementara baginda sayidina Ali bin Abi Thalib mengislamkan negeri Masyriqi, diwilayah timur, hingga ke sini ini.”

Ahmad Baso dalam buku Islamisasi Nusantara mengomentari lembar dalam babad Sasak ini. Menurutnya, teks tersebut dan juga teks-teks lain yang tersebar merupakan bentuk penghormatan orang-orang nusantara terhadap empat sahabat utama nabi.

Selain itu, teks di atas juga menggambarkan cara berfikir geopolitik strategis. Penting juga untuk diperhatikan dalam teks itu bahwa wilayah pengislaman yang ditugaskan kepada Ali bin Abi Thalib adalah wilayah timur, yang termasuk di dalamnya yaitu wilayah Nusantara.

Apa yang bisa kita pelajari dari teks di atas ialah peranan keluarga Nabi dalam proses islamisasi di nusantara, atau dalam teks pasai disebut ‘negeri bawah angin’.

Senada dengan itu, terdapat teks lain bernama Bima yang juga menceritakan hal serupa. Ia memberi pembenaran atas pembagian wilayah pengislaman itu. Kabarnya  pembagian wilayah itu merupakan keberlanjutan dari wasiat Rasulullah untuk mengislamkan seluruh manusia dan jin di muka bumi ini.

Tercatat dalam teks Bima yang berada di timur pulau Sumbawa ini yaitu teks naskah “Ceritera Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-dewa” nasakah L0r 6727/UBL sebagai berikut :

Di Gunung Semawi, yaitu negeri Ace bernama Pasai, itulah Negeri yang telah diislamkan Allah Ta’ala dari pada segala negeri yang di Bawah Angin, belum ada Rasulullah memang maka di sanalah diam Dharmawangsa bertapa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan tilawatul Qur’an. Syahdan maka pada zaman Rasulullah akan membawa dan menyuruh segala jin dan manusia yang ada di Atas Angin sampai ke Bawah Angin, maka Rasulullah Menaruh wasiat kepada sahabat Abu Bakar dan Umar dan Usman dan Ali: Jikalau sudah mati aku, hendaklah engkau meratakan segala raja-raja jin”.

Ringkasnya, teks yang berasal dari Bima (Dana Mbojo) ini menguatkan teks dalam babad Sasak yang telah dicatat di atas, bahwa pembagian wilayah itu dilakukan oleh empat sahabat karena wasiat dari Rasulullah untuk mengislamkan manusia dan jin di muka bumi ini. Oleh sebab itu,  pembagian wilayah pengislaman pun perlu dilakukan untuk membagi tugas pengislaman di antara ke empat sahabat Nabi.

Menyadur Ahmad Baso dalam buku Islam Nusantara, pada halaman 15 ia memberi penjelasan bahwa naskah-naskah klasik memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Teks pada naskah Bima, misalnya, memberi penjelasan mengenai kepercayaan dan keyakinan masyarakat Bima tentang empat penguasa penjuru mata angin yang diyakini menjaga umat manusia.

Lebih jauh, empat penguasa penjuru mata angin ini dipercaya dalam tradisi fi tua atau ngaji tua (dalam pegertian orang Bima fi tua adalah kajian Tasawuf) sebagai sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Wallahu a’lam