Kota Marawi itu lumpuh hanya dengan 1500 orang milisi. Tetapi sel tidur mereka jumlahnya bisa sepuluh kali lipat. Sel tidur ada di tengah warga, bersama di warung kopi dengan gadgetnya, ada di pasar dengan keranjang belanja, ada di kantor dengan baju kemejanya. Ada di mana mana.
Sel tidur ini adalah orang yang rajin berteriak pemerintah kafir, polisi biadab, teriak bom dan teroris itu rekayasa pemerintah, tapi di saat yang sama menyebarkan foto-foto korban bom.
Mereka para sel tidur di tengah warga, mengawasi sambil menyebarkan foto, video, tulisan yang membenarkan pembunuhan, kekerasan di suriah, mereka menyebarkan konten yang berisi ajakan memerangi pemerintah, ajakan memusuhi yang berbeda agamanya.
Dan jumlah sel tidur ini berlipat kali dari milisi. Indonesia, negara dengan jumlah muslim terbesar, Agama yang berbeda beda, bahasa dan suku berbeda, warna kulit berbeda dan semua berdiri di bawah langit di naungi Pancasila.
Lewat aksi terornya, sel tidur di Indonesia ingin menyampaikan “Kami ada kami siap berperang, beri kami senjata kami jadikan Indonesia suriah kedua”
BNPT, Mantan teroris Ali imron mensinyalir, sel tidur ISIS dan calon Milisi ISIS jumlahnya 1000 kali Marawi. Jumlah yang cukup untuk menjadikan indonesia sebgai suriah kedua jika kita lengah.
Riset terbaru dari SMRC ada 0,3 % responden menyetujui kekerasan dan tindakan ISIS di terapkan di Indonesia.
Anda tahu berapa 0,3% itu jika kita ambil dari jumlah pnduduk Indonesia? Ya 0,3% X 260 jt = 950 ribu orang. Ini sel tidur yang siap bertempur atau menjadi mata mata ISIS jika kita lengah. Itu jumlah yg hampir sama dengan TNI dari 3 matra.
Jawa timur yang di sebut basis Nahdhliyin yang moderat sekalipun, sudah ada 16 kabupaten dengan kantung sel ISIS yang menunggu bergerak.
BNPT terus awasi mereka, namun belum bsa ada penangkapan menunggu ada tindakan. Undang undang kita mensyaratkan tindakan setelah perbuatan.
Tetap waspada, awasi sekitar kita, cintai tetangga, saudara sebangsa se tanah air kita, cintai negara ini, kita beri yang kita bisa.
Jangan beri ruang pada kebencian dan kelompok radikal apalagi pendukung aksi terorisme. Kita besar karena kita berbeda. Ini negeri kita, di sini kita makan minum, mungkin juga di sini kita di kuburkan.
Tugas kita menjaga, merawat negeri ini dengan penuh cinta.