Tanpa melakukan politisasi Masjid–sebagai bagian paling penting dari politisasi agama–pasangan calon Prabowo-Sandi dipastikan akan kalah. Pakai propaganda yang selama ini dilakukan oleh para aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kritik keras dan jatuhkan harga diri Presiden Jokowi dengan kampanye-kampanye berlabelkan Islam.
Beberkan fakta-fakta bahwa Presiden Jokowi dan keluarganya tidak Islami. Misalnya istri, putri dan menantunya Presiden Jokowi tidak ada yang memakai jilbab syar’i. Nah kuras terus emosi masyarakat dengan hal-hal remeh-temeh seperti ini.
Gaungkan narasi-narasi revolusi untuk Indonesia berdasarkan syariat Islam. Sering-seringlah melakukan aksi-aksi pengumpulan masa seperti aksi 212. Menggelar aksi-aksi demostrasi seperti itu merupakan salah satu cara paling efektif untuk mengelabui masyarakat, bahwa seolah-olah mayoritas umat Islam di Indonesia menghendaki Prabowo-Sandi menjadi Presiden. Jadikanlah seolah-olah jika ada yang tidak mendukung Prabowo-Sandi maka imannya lemah.
Jangan lupa terus gaungkan kalimat takbir. Jargon takbir ini jargon pemersatu paling efektif untuk mengetahui berapa jumlah pendukung Prabowo-Sandi. Sebut-sebut terus nama Allah, bahwa kampanye Prabowo-Sandi ini adalah takdir Allah, buat nuansa kampanye Prabowo-Sandi dengan seislami dan sereligius mungkin.
Beberkan para pejuang dalam sejarah Islam, lalu sandingkan dengan para jubir di BPN Prabowo-Sandi. Angkat terus sejarah Islam tentang peperangan, buatlah skenario bahwa memenangkan Prabowo-Sandi adalah memenangkan umat Islam seperti dulu Rasulullaah menumpas kezaliman.
Dan yang terakhir, seperti apa yang telah dilakukan oleh Neno Warisman, serukan jihad. Jihad apapun, terutaka jihad harta. Gunakan istilah-istilah ‘sedekah untuk jihad ganti Presiden’, dan lain sejenisnya. Para pendukung Prabowo-Sandi dan para aktivis 212 ini dikenal sebagai orang-orang dermawan. Mereka para donatur tetap untuk tragedi Muslim Rohingya, Palestina, dan yang baru-baru ini mulai mengudara adalah tagar ‘Save Uighur’: terus politisir, seolah-olah Presiden Jokowi anti solidaritas terhadap Muslim Uighur.
Wallaahu a’lam